Abstrak
Masalah ekonomi di Sumatera Utara (Sumut) terutama kemiskinan memang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Namun penurunan angka kemiskinan di Sumut tidak sebesar laju pertumbuhan ekonominya. Setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6%, maka angka kemiskinan di Sumut rata-rata turun 5%. Atau dengan kata lain, elastisitas tingkat kemiskinan Sumut terhadap pertumbuhan ekonominya di bawah angka 1.
Kata kunci: masalah
ekonomi, kemiskinan
Pendahuluan: Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya
(sekitar 13 juta) di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Penurunan
angka kemiskinan Sumut sangat dipengaruhi oleh kinerja ekspor Sumut. Untuk itu
di tahun 2013 ini sejumlah tantangan eksternal masih akan menjadi masalah besar
dalam pengentasan kemiskinan di Sumut, masalah anggaran AS serta
ketidakpercayaan masyarakat Eropa terkait dengan proses pemulihan krisis
berpotensi mengancam ekspor dan membuat kerja pemerintah Sumut dalam
mengentaskan kemiskinan stagnan.
Permasalahan:
1.
Apa aja
masalah ekonomi yang ada didaerah Sumater utara?
2.
Apa saja
tantangan strategis yang harus dijawab oleh pemerintah Sumut?
Pembahasan:
Di Indonesia, Sumatera
Utara menempati posisi ke empat dalam angka kepadatan penduduk setelah Jawa
Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Disamping adanya permasalahan angka
kepadatan penduduk, Sumatera Utara juga dihadapkan dengan tingginya angka
kemiskinan penduduk. Dari data BPS ( Badan Pusat Statistik ) Sumatera Utara
mencatat jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mencapai 1,45 juta jiwa. Ini
sama dengan 10% lebih penduduk di Sumatera Utara masih tergolong miskin.
Hal tersebut bukan
tanpa sebab, ada 3 faktor utama yang paling berpengaruh terhadap tingginya
angka kemiskinan di Sumatera Utara. Tiga faktor tersebut yaitu terbatasnya
lapangan pekerjaan, rendahnya mutu sumber daya manusia, dan tidak
meratanya pembangunan di setiap daerah. Masalah ini masih melenceng dari misi
Provinsi Sumatera Utara yang selama ini menjadi dasar pembentukan agenda kerja
program pembangunan Sumatera Utara yaitu "Membangun sumber daya
manusia yang memiliki integritas dalam berbangsa dan bernegara, religious dan
berkompetensi tinggi. Membangun dan meningkatkan kulaitas infrastruktur daerah
untuk menunjang kegiatan ekonomi melalui kerjasama antar daerah, swasta,
regional dan internasional. Dengan mengandalkan pertumbuhan berbasiskan
konsumsi serta minimnya ekspor akibat anjloknya harga komoditas. maka mustahil
bila jumlah penduduk miskin di Sumut yang per September 2012 sebesar 1.4 juta
jiwa akan turun signifikan dan tingkat kemiskinan di tekan hingga di bawah
level 10%.Ditambah lagi pengurangan subsidi (BBM dan TDL) sangat berkorelasi
terhadap peningkatan angka kemiskinan di Sumut. Kenaikan TDL dan kemungkinan
naiknya harga BBM berpotensi menambah angka kemiskinan di Sumatera Utara.
Meskipun harga-harga komoditas memang berpotensi menguat di semester II/2013
walaupun kecil sekali kemungkinannya, namun itu tidaklah cukup.Optimalisasi
anggaran pemerintah daerah serta optimalisasi proyek infrastruktur juga
dikhawatirkan belum akan mampu menekan angka kemiskinan di bawah 10 persen pada
tahun ini, Disebutkan juga, per September 2012 tingkat kemiskinan Sumut berada
di 10.41%. Terlihat untuk menurunkan angkanya di bawah 10% bukanlah perkara
yang sulit. Dengan sejumlah masalah baik internal dan eksternal maka dibutuhkan
kerja keras untuk menekan angka pengangguran tersebut. Semua pihak harus
bekerja keras, agar kita mendapat keajaiban dengan mampu menurunkan angka kemiskinan
di bawah 10%.
MedanBisnis
- Medan. Selain kondisi ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian,
kendala kritikal pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) tahun ini juga
disebabkan dua masalah, yaitu infrastruktur dan hilirisasi produk perkebunan
yang berjalan lambat.
Kepala
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut Difi A Johansyah mengatakan, selain
itu hambatan terbesar bagi perekonomian Sumut bersumber dari buruknya kualitas
jalan. "Sumut memiliki jalan rusak terpanjang di Sumatera, mencapai 239
km," katanya kepada MedanBisnis, Rabu (4/1).
Kondisi tersebut terutama terjadi di daerah Pantai Barat Sumut seiring dengan kondisi geografisnya yang relatif rentan terhadap bencana. Sementara jaringan interkoneksi antara jalan dan pengembangan mass rapid transportation yang mendukung pengembangan kawasan industri, perkebunan dan perkotaan juga masih belum optimal.
Padahal, pembangunan jalan maupun perbaikan jalan di Sumut berpotensi meningkatkan ekonomi sebesar 0,45% per tahun di atas baseline dan memperluas penyerapan tenaga kerja sebesar 0,15%. Meningkatnya efisiensi perekonomian akibat baiknya infrastruktur jalan juga mendorong peningkatan ekspor sebesar 0,75% per tahun
Kondisi tersebut terutama terjadi di daerah Pantai Barat Sumut seiring dengan kondisi geografisnya yang relatif rentan terhadap bencana. Sementara jaringan interkoneksi antara jalan dan pengembangan mass rapid transportation yang mendukung pengembangan kawasan industri, perkebunan dan perkotaan juga masih belum optimal.
Padahal, pembangunan jalan maupun perbaikan jalan di Sumut berpotensi meningkatkan ekonomi sebesar 0,45% per tahun di atas baseline dan memperluas penyerapan tenaga kerja sebesar 0,15%. Meningkatnya efisiensi perekonomian akibat baiknya infrastruktur jalan juga mendorong peningkatan ekspor sebesar 0,75% per tahun
Tantangan Strategis yang harus dijawab oleh Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara:
1.
Rendahnya
Produktivitas dan Nilai Tambah Produk Andalan Daerah. Tercatat, pada bulan Desember 2012,
produktivitas gabah kering giling (GKG) Sumatera Utara baru mencapai 4,7
ton per hectare, lebih rendah dari produktivitas petani di Jawa yang sudah
mencapai 5,3 ton per hektare. Pertanian yang masih dilakukan secara tradisional
dan kekurangan benih padi unggul menjadi masalah utama petani Sumatera Utara.
Sebagai gambaran, kebutuhan benih padi Sumut dalam setahun mencapai 25.000 ton.
Sementara, produksi benih padi unggul dari petani penangkar hanya berkisar
1.000 ton. Dan, pemerintah pusat hanya memberikan tambahan sebanyak 3.500 ton.
Dari angka tersebut, Sumut masih kekurangan benih unggul dalam jumlah yang
sangat banyak (sekitar 20.500 ton). Di samping itu, pembangunan CPO dan produk
turunannya sehingga bernilai tambah di pasaran juga perlu menjadi perhatian
Pemerintah dan Pemegang Kepentingan lainnya. CPO Sumatera Utara kalah bersaing
dengan produsen sawit lainnya, terutama dari Malaysia. Hal ini menyebabkan
Sumatera Utara lebih banyak berperan sebagai pengekspor CPO sementara minyak
goreng sebagai bahan turunan CPO lebih banyak diimpor dari Malaysia.
2.
Terbatasnya
Anggaran:
Nominal APBD Sumut tahun 2013 tercatat meningkat menjadi Rp.8.86 triliun, naik
dibanding tahun sebelumnya. Jumlah ini tentunya relative kecil mengingat
banyaknya keperluan investasi yang dibutuhkan untuk memajukan perekonomian
Sumatera Utara. Sebagai gambaran, APBD Provinsi Sumut TA 2012 antara lain,
Pendapatan Daerah Rp. 7.3 Triliun yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah Rp.
4.0 Triliun, Dana Perimbangan Rp.1.7 Triliun dan Lain-lain Pendapatan yang Sah
Rp.1.6 Triliun. Sedangkan pada porsi Belanja Daerah dialokasikan Rp.7.6 Triliun
yang terdiri atas Belanja Tidak Langsung senilai Rp.4.5 Triliun dan Belanja
Langsung Rp.3.1 Triliun. PAD Provinsi Sumut terbesar disumbangkan oleh Pajak
Kenderaan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) senilai
Rp.3,4 triliun. Dalam hal ini, tantangan terbesar dari Pemprov Sumut adalah
melakukan inovasi untuk mengoptimalkan sumber pendapatan daerah di luar pajak
yang hanya membebani rakyat kecil. Pemprov Sumut harus mampu menggenjot kinerja
instansi Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) agar dapat berkontribusi lebih besar terhadap pendapatan daerah.
3.
Tingginya
Tingkat Korupsi:
Korupsi masih jadi ancaman dalam pembangunan karena Sumut belum tergeser
sebagai daerah terkorup di Indonesia. Tercatat, Provinsi Sumatera Utara berada
pada peringkat 3 dengan nilai Rp 515.569.770.000 (334 kasus). Pemerintahan yang
bersih, tegas, dan transparan, system dan prosedur yang efektif dan efisien,
dan kepastian hukum menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh
Pemprov Sumut.
Di
luar tantangan strategis di atas, sebenarnya masih ada tantangan-tantangan
lainnya yang harus dihadapi Pemprov Sumut, seperti pemerataan pembangunan,
peningkatan prestasi olah raga di tingkat nasional, pemberdayaan UMKM,
peningkatan industri kreatif, kerukunan beragama, dan lain-lain. Namun,
prioritasisasi program perlu dilakukan untuk meningkatkan efektifitas
(manajemen) pemerintahan.
Untuk
menjawab 10 tantangan strategis di atas, Sumatera Utara memerlukan Kepemimpinan
yang bersih, tegas, transparan dan mampu menyatukan seluruh stakeholders
(pemko, pemkab, kepolisan, pengadilan, instansi pemerintahan pusat, BUMN, BUMD,
akademisi dan pihak yang terkait lainnya) untuk bahu membahu memajukan Sumatera
Utara.
Daftar pustaka:
Pandiangan, roma. http://romapandiangan.blogspot.co.id/2014/11/makalah-mini-riset-kemiskinan-di_62.html
Nelson simanjuntak,
Roy. https://roynelsonsimanjuntak.wordpress.com/2013/03/01/tantangan-strategis-sumatera-utara/
Medan bisnis daily. Dua
masalah hambat ekonomi Sumut 2017. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2017/01/05/276617/dua-masalah-hambat-ekonomi-sumut-2017/
Saing, Dani. https://www.kompasiana.com/saing/5a2e56e35e1373678b493d62/mari-berantas-kemiskinan-di-sumatera-utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.