Melihat analisis yang telah dilakukan terhadap kondisi
perekonomian Kalimantan Timur dengan fokus pada upaya pengurangan kemiskinan,
maka untuk mencapai pengentasan kemiskinan yang lebih konstruktif dan tepat
sasaran, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam program pengembangan
usaha di Kalimantan Timur antara lain, pertama, perlunya integrasi dalam
kebijakan ekonomi dan sosial.
KATA KUNCI
Analisis permasalahan ekonomi di Kalimantan Timur , integrasi, dan
kebijakan ekonomi di Kalimantan Timur.
1.PENDAHULUAN
Dalam mengukur perekonomian sebuah Negara, indikator paling mudah
adalah dengan menggunakan indikator ekonomi berupa pendapatan nasional. Namun
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, indikator yang menggunakan
pendapatan nasional (tangible capital) memiliki berbagai kelemahan, terutama
pada unsur adanya bias terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu,
indikator-indikator ekonomi maupun indikator-indikator non-ekonomi
terus-menerus berkembang untuk memperbaiki konsep pengukuran kesejahteraan
rakyat. Namun sayangnya, seperti yang strategi tiga jalur yang menjadi landasan
RPJMN, yang semuanya merupakan indikator ekonomi, indikator non-ekonomi rasanya
kurang mendapat fokus perhatian pengembangan oleh Pemerintah. Padahal menurut
Boskin (2000), pendapatan nasional (tangible capital) bersamaan dengan sumber
daya tidak terlihat (intangible capital) juga bersama-sama menentukan
keberhasilan pembangunan ekonomi.
2.RUMUSAN
MASALAH
·
Apa permasalahan ekonomi di Kalimantan Timur ?
·
Apa kebijakan dari pemerintah setempat
mengenai permasalahan ekonomi di Kalimantan Timur ?
3.PEMBAHASAN
·
Permasalahan
ekonomi di Kalimantan Timur
Pertumbuhan ekonomi Provinsi
Kalimantan Timur, termasuk juga Kalimantan Utara, masih sangat tergantung
dengan kondisi perekonomian global karena kedua daerah ini tetap mengandalkan
ekspor hasil tambang, kata pejabat Bank Indonesia Perwakilan Kaltim. "Akibat
dari ketergantungan ini, ketika ekonomi dari negara tujuan ekspor mengalami
pelemahan, maka akan berdampak pada pengurangan impor sehingga Kaltim dan
Kaltara juga terkena imbasnya," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi
Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Kamis.
Menurut ia, ketergantungan ekonomi pada perdagangan luar negeri dengan komoditas utama hasil pertambangan baik migas maupun batu bara, sehingga kondisi riilnya dapat dilihat dalam perkembangan lima tahun terakhir. Dalam kurun waktu itu, penurunan harga komoditas internasional menyebabkan pangsa sektor pertambangan terus mengalami penurunan, dari 42,7 persen pada triwulan III-2015, menjadi 39,5 persen pada triwulan III-2016. Struktur ekonomi yang didominasi oleh perdagangan luar negeri dengan komoditas utama hasil pertambangan seperti perekonomian Kaltim dan Kaltara, tambahnya, sangat rentan terhadap kondisi ekonomi global saat ini, terutama kondisi harga komoditas internasional.
Menurut ia, ketergantungan ekonomi pada perdagangan luar negeri dengan komoditas utama hasil pertambangan baik migas maupun batu bara, sehingga kondisi riilnya dapat dilihat dalam perkembangan lima tahun terakhir. Dalam kurun waktu itu, penurunan harga komoditas internasional menyebabkan pangsa sektor pertambangan terus mengalami penurunan, dari 42,7 persen pada triwulan III-2015, menjadi 39,5 persen pada triwulan III-2016. Struktur ekonomi yang didominasi oleh perdagangan luar negeri dengan komoditas utama hasil pertambangan seperti perekonomian Kaltim dan Kaltara, tambahnya, sangat rentan terhadap kondisi ekonomi global saat ini, terutama kondisi harga komoditas internasional.
Ekonomi Kaltim dan Kaltara pada triwulan
III-2016 mulai menunjukkan arah yang membaik. Pada triwulan ini, ekonomi kedua
provinsi itu tumbuh 0,2 persen (yoy), sekaligus tercatat sebagai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang pertama kali berhasil keluar dari zona kontraksi sejak
2015. Ia menambahkan perbaikan ekonomi Kaltim dan Kaltara itu didorong
meningkatnya harga komoditas internasional mulai pertengahan 2016. Struktur
perekonomian yang ditopang faktor harga komoditas internasional sangat rentan
terhadap gejolak ekonomi global. "Mempertimbangkan perkembangan kondisi
ekonomi global, kondisi perekonomian nasional, dan pergerakan harga komoditas,
kami memperkirakan ekonomi Kaltim dan Kaltara pada 2016 masih terkontraksi,
namun tidak sedalam tahun 2015, yaitu berada pada kisaran minus 0,8 hingga
minus 0,4 persen (yoy)," ujar M Nur. Ia melanjutkan, di negara-negara
berkembang,seperti Tiongkok yang merupakan salah satu negara tujuan ekspor bagi
Indonesia, termasuk pertambangan dari Kaltim, masih melakukan konsolidasi dan
menyesuaikan sumber-sumber pertumbuhan ekonominya. Nur memperkirakan
pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2016 sebesar 6,6 persen, lebih rendah
ketimbang perkembangan beberapa tahun sebelumnya, sehingga kondisi ekonomi
global yang belum solid tersebut memberi dampak pada rendahnya harga komoditas
global.
·
Kebijakan
pemerintah mengenai permasalahan ekonomi di Kalimantan Timur
Produksi pertanian di Kaltim,
khususnya bahan pangan, meningkatkan rata-rata 8,8% per tahun, namun hasil
produksi beras baru dapat mencukupi sekitar 70% kebutuhan local. Pada tahun
1990, produksi beras provinsi Kaltim baru 132.358 ton, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan pangan penduduknya, sekitar 72.704 ton beras didatangkan dari daerah
lain. Sektor pertambangan minyak dan gas bumi (migas), yang merupakan andalan
provinsi Kaltim, merupakan penyumbang terbesar pada PDRB (Pendapatan Dosmetik
Regional Bruto) per kapita penduduk, yang mencapai Rp. 2,2 juta pada tahun
1990. RAPBD (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) tahun anggaran
1993-1994 mengalami penurunan 21, 25% dari APBD sebelumnya. Penurunan
sebesar Rp. 143,3 miliar itu terjadi karena adanya pengalihan pembayaran gaji
guru kepada daerah tingkat II. Subsidi yang diberikan untuk pos pembayaran itu
juga mengalami pengurangan dari rencana Rp. 29,5 miliar menjadi 17, 9 miliar.
Rancangan itu mengacu pada prinsip anggaran belanja berimbang dan dinamis, yang
berarti stabilitas dan pemanfaatan pengelolaan keuangan daerah dapat terus
ditingkatkan.
Laju pertumbuhan ekonomi Kaltim di
luar migas mengalami peningkatan dalam periode 1988-1991. Rata-rata pertumbuhan
pertahun mencapai 6,6% melebihi target 6,1%. Kenaikan itu disebabkan oleh
peningkatan produksi pertanian termasuk perkebunan dan kehutanan yang memberikan
konstribusi sebesar 72,3% pada total PDRB pada tahun 1991. Peningkatan angka
pertumbuhan itu berdampak pula pada kenaikan pendapatan penduduk, khususnya
yang berpenghasilan rendah, sehingga angka penerimaan pendapatan yang mereka
peroleh naik menjadi 2,9% dari 2,6% pada tahun sebelumnya. Angka itu kembali
naik dalam tahun 1993 hingga 7,2% di dorong oleh sektor industri dan pertanian.
Di samping itu, realisasi investasi di wilayah Kaltim mencapai Rp. 7,7
triliun yang terdiri dari 71% dana PMDN/PMA (Penanaman Modal Dalam
Negeri/Asing) dan proyek nonfasilitas, sedang sisanya berasal dari dana
investasi pemerintah. Angka realilasi itu melampaui target Rp. 4,5 triliun yang
direncanakan pemda dengan komposisi 65% investasi swasta dan 35 % dana pemerintah.
4. KESIMPULAN
Pemerintah dapat menetapkan “leading
sector” ekonomi dari keunggulan komparatif masing-masing daerah dengan memperthatikan
kultur dan sosial budaya masyarakat setempat dan diprogram melalui instrumen
yang tepat dan dijalankan secara konsisten dengan melibatkan investor,
perbankan dan pemerintah sebagai fasilitator, termasuk dalam hal ini melibatkan
masyarakat dalam kepemilikan saham dalam suatu perusahaan besar yang
mengeksploitasi sumber daya alam di daerah ini. Selain itu, diperlukan pula
pemberdayaan pengusaha daerah dalam proses produksi barang dan jasa. Masukan
lain adalah pada pengembangan sektor agribisnis khususnya perkebunan untuk
daerah-daerah sekitar, dan sektor Perdagangan, Industri dan angkutan misalnya
Samarinda dan Balikpapan, sektor perikanan untuk Tarakan, Bulungan, Kutai
Kartanegara dan lain sebagainya. Kedua, pemberdayaan penduduk.
Pendidikan dan pelatihan harus ditargetkan
pada penduduk miskin dan angkatan kerja terdidik; hal ini dilakukan disamping
jenis pendidikan disesuaikan dengan peluang kesempatan kerja yang ada dan
mungkin berkembang secara berkesinambungan, juga perlu adanya “link” antara dunia
pendidikan dengan lembaga pembentuk penajaman keterampilan seperti Balai
Latihan Kerja, Lembaga Pendidikan Keterampilan, dan dunia usaha untuk magang,
mendatangkan tenaga ahli dari luar Kaltim. Kegiatan ini benar-benar
difasilitasi oleh pemerintah daerah dengan berdasarkan basis data perencanaan
tenaga kerja daerah yang konsisten. Ketiga, diperlukan upaya menurunkan
kerentanan masyarakat melalui proteksi dan jaminan sosial, hal ini dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan pendapatan masyarakat dengan menjaga
kesempatan kerja yang ada dan penciptaan kesempatan kerja baru.
DAFTAR
PUSTAKA
Agam. 2017. Politik dan masalah perekonomian Kalimantan timur. Indokku.com.
dalam
Diakses, 4 Oktober 2017
Yamin. Muhammad 2016. Sektor tambang terpuruk transformasi
ekonomi kaltim dinilai lamban. Finansial.bisnes.com. dalam
Diakses, 25 Mei 2016
PCN. 2015. Pembangunan kawasan ekonomi di kaltim terganjal
masalah pembebasan lahan. Berisatu.com.dalam
Diakses, 4 November 2015
Setio. Ongky 2012. Analisis pembangunan ekonomi daerah Kalimantan
Timur melalui indokator ekonomi dan indikator nonekonomi. Spocjournal.com.
dalam
Diakses, 4 September 2012
Ghofar. Muhammad 2016. Pertumbuhan ekonomi kaltim tergantung
kondisi global. Antaranews.com. dalam
Diakses, 15 Desember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.