Sektor Tambang Terpuruk, Transformasi Ekonomi Kaltim
Dinilai Lamban
Proses transformasi ekonomi Kalimantan Timur dinilai masih
berjalan lamban. Hal ini disebabkan permasalahan yang kompleks mulai dari
tingkat pemerintahan koordinasi antarkelembagaan atau instansi, perizinan
hingga adanya resistensi masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan
infrastruktur.
Demikian hal ini disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kaltim, Mawardi BH Ritonga dalam jumpa persnya usai
menggelar Seminar Nasional Percepatan Transformasi Ekonomi Kaltim di kantornya
Samarinda, Rabu (25/5/2016).
“Untuk melakukan transformasi ekonomi Kaltim, tidak
terlambat. Namun, prosesnya yang masih lambat. Ini karena masalahnya yang
kompleks. Maka itu, Bank Indonesia Provinsi Kaltim melakukan salah satu upaya
dengan seminar nasional ini untuk mendapatkan bahan masukan agar bisa memberi advisory
atau nasehat kepada pemerintah daerah,” ujar Mawardi didampingi Deputi BI
Kaltim Harry Aginta.
Menurut Mawardi, Kaltim masih punya harapan untuk melakukan
transformasi di tengah pertumbuhan ekonominya yang terus turun sejak tahun 2015
hingga masuk tahun triwulan 2016. Dirinya yakin dengan Rencana Jangka Menengah
Pembangunan Daerah (RJMPD) yang telah disusun isinya, sangat baik untuk memacu
pertumbuhan ekonomi.
“Mari kita tutup sudah buku (kejayaan) sektor tambang dan
buka buku baru lagi mengembangkan sektor-sektor lain. Kami melihat ada 8
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dikembangkan di Kaltim mampu mendukung
transformasi ekonomi daerah ini. Seperti sektor wisata di Berau yang potensinya
sangat besar dengan kepulauan Derawan dan juga industri pengolahan gas di
Bontang,” kata Mawardi.
Sementara itu, Harry Aginta mengungkapkan hal senada bahwa
proses transformasi ekonomi di Kaltim berjalan lambat terlihat karena regulasi
sekarang ini yang belum bersahabat dan koordinasi lembaga pemerintah yang masih
kurang seperti dalam mengatasi masalah kelistrikan di Kaltim.
“Pihak PLN yang menjadi narasumber seminar nasional kami
telah sepakat bersama-sama nantinya akan mendata potensi energi listrik di
Kaltim dan Bank Indonesia akan membantu fasilitasi antar lembaga pemerintah di
daerah dan pusat untuk koordinasi. Intinya, kita akan dorong transformasi
ekonomi Kaltim lebih cepat,” kata Harry.
Catatan Bank Indonesia, kondisi ekonomi kaltim selama
triwulan I 2016 mengalami penrurunan dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan
I 2016, ekonomi Kaltim terkontraksi -1,3% (yoy), lebih dalam dibandingkan
triwulan sebelumnya yang terkontraksi -0,5% (yoy).
Capaian pertumbuhan ekonomi Kaltim triwulan I 2016 jauh
lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh 4,9%. Sektor
pertambangan masih menjadi penyebab utama turunnya kinerja ekonomi Kaltim di
tengah pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat dan turunnya harga
komoditas internasional.
Salah satu narasumber seminar nasional ini, ekonom dari
Universitas Indonesia Berly Martawardaya mengatakan tahapan transformasi
ekonomi Kaltim bisa dilakukan dengan menyisihkan pendapatan minyak gas atau
tambang untuk dikelola terpisah dan digunakan return investasinya untuk pos
tertentu.
“Pos tertentu itu seperti pendidikan atau beasiswa, bencana,
investasi atau diversifikasi ekonomi. Hal ini telah dilakukan di Norwegia,
Nigeria, Timor Leste dan di Indonesia mulai dilakukan Bojonegoro. Karena,
selama ini mekanisme fiskal daerah tidak future oriented,” kata Berly dalam
pemaparannya.
Pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintahan sebuah Negara
pada umumnya bertujuan untuk pencapaian kemakmuran dan rakyat. Pembangunan yang
dilakukan oleh Pemerintah seyogyanya mencakup pembangunan multidimensional yang
berarti pembangunan haruslah dilakukan dalam banyak sektor kehidupan
masyarakat. Selain itu, pembangunan juga harus bersifat berkesinambungan, dalam
artian pembangunan merupakan sebuah proses perbaikan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat yang bersifat terus-menerus dan jangka panjang.
Pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, telah menyusun dan melaksanakan program-program pembangunan
yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN),
dimana RPJMN ini menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah Propinsi dan
Kota/Kabupaten untuk membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). Untuk lebih tepat sasaran, RPJMD ini dibuat dengan menyesuaikan
kondisi dan prioritas pembangunan di masing-masing propinsi atau
kota/kabupaten.
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan
tiga sasaran Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu, yang dikenal dengan strategi
tiga jalur yaitu pertama, stabilisasi ekonomi makro yang mendukung pertumbuhan
6,6 persen per tahun; kedua, menggerakkan kembali sektor riil, khususnya usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM); ketiga, revitalisasi pertanian, perikanan,
dan kehutanan serta pembangunan masyarakat pedesaan. Ketiga pokok sasaran ini
menjadi acuan pemerintah pusat, maupun pemerintah propinsi atau kota/kabupaten.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembangunan yang baik harus bersifat
multidimensi, artinya proses pembangunan tidak hanya mencakup perbaikan pada
bidang ekonomi namun juga mencakup perbaikan di di bidang sosial
kemasyarakatan. Pertumbuhan ekonomi yang dilaksanakan diharapkan berimbas pada
penurunan pengangguran dan kemiskinan.
Mengingat pembangunan sebuah Negara merupakan hal yang amat
penting, maka perlu dilakukan kegiatan evaluasi atas proses pembangunan yang
telah berjalan. Evaluasi terhadap pembangunan sangat penting sebagai bekal bagi
terciptanya tahapan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh sebab itu,
indikator-indikator, baik indikator ekonomi maupun non-ekonomi, menjadi sangat penting
sebagai pengukur tingkat pencapaian sebuah pembangunan.
Dalam mengukur perekonomian sebuah Negara, indikator paling
mudah adalah dengan menggunakan indikator ekonomi berupa pendapatan nasional.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, indikator yang menggunakan
pendapatan nasional (tangible capital) memiliki berbagai kelemahan, terutama
pada unsur adanya bias terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu,
indikator-indikator ekonomi maupun indikator-indikator non-ekonomi terus-menerus
berkembang untuk memperbaiki konsep pengukuran kesejahteraan rakyat. Namun
sayangnya, seperti yang strategi tiga jalur yang menjadi landasan RPJMN, yang
semuanya merupakan indikator ekonomi, indikator non-ekonomi rasanya kurang
mendapat fokus perhatian pengembangan oleh Pemerintah. Padahal menurut Boskin
(2000), pendapatan nasional (tangible capital) bersamaan dengan sumber daya
tidak terlihat (intangible capital) juga bersama-sama menentukan keberhasilan
pembangunan ekonomi.
Searah dengan RPJMN, Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur
telah merumuskan visi misi, agenda, dan prioritas pembangunan propinsinya. Visi
Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur adalah “Mewujudkan Kalimantan Timur
Sebagai Pusat Agroindustri dan Energi Terkemuka Menuju Masyarakat Adil dan
Sejahtera” dengan misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan tata
kelola pemerintah yang baik, yang bersih dan berwibawa untuk mewujudkan Kaltim
sebagai “Island of Integrity”.
2. Mewujudkan
keamanan dan ketertiban masyarakat serta system demokrasi yang kondusif.
3. mewujudkan
kawasan perbatasan menjadi beranda depan Negara dan Percepatan pembangunan di
wilayah pedalaman dan terpencil.
4. mewujudkan
struktur ekonomi yang berdaya saing dan pro kerakyatan dengan konsep
pembangunan berkelanjutan.
5. mewujudkan
pemenuhan infrastruktur dasar untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
yang layak dan sejahtera.
6. mewujudkan
masyarakat yang sehat, cerdas, trampil dan berakhlak mulia.
7. mewujudkan
perbaikan sistem subsidi, perlindungan sosial.
Sedangkan agenda Pembangunan Pemerintah Propinsi Kalimantan
Timur adalah sebagai berikut:
1. pembangunan dan
perbaikan jalan untuk menggerakan ekonomi rakyat.
2. revitalisasi
pertanian, perikanan, dan kelautan.
3. perbaikan
listrik dan program satu genset satu desa.
4. penyediaan akses
sekolah gratis, bantuan buku, perbaikan gedung sekolah, beasiswa bagi Mahasiswa
Kalimantan Timur, pembangunan asrama mahasiswa dan tambahan penghasilan guru
pendidikan dasar dan menengah baik negeri maupun swasta (termasuk guru bantu
dan honorer) sebesar 20%
5. Pelayanan
kesehatan gratis, program 1 puskesmas dua dokter dan peningkatan pelayanan
posyandu untuk kesejahteraan ibu, anak dan lansia.
6. Penyerapan
300.000 tenaga kerja melalui pengadaan dan pengembangan UKM melalui bantuan
tanpa agunan.
7. Bantuan
pengadaan dan penyediaan air bersih di tingkat desa/kelurahan.
8. Bantuan khusus
bagi masyarakat adat dan perbatasan.
9. Bantuan untuk
tempat ibadah bagi semua agama.
10. Menciptakan aparatur pemerintah yang bersih, bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Untuk menjamin pelaksanaan agenda pembangunan tersebut, maka
Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur juga telah menetapkan prioritas
pembangunan, yaitu:
1. Meningkatkan
kinerja dan mutu aparatur pemerintah sebagai pelayan masyarakat yang mampu
mengatasi permasalahan dan mengelola potensi secara profesional serta
menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa melalui prinsip good government
dan pelaksanaan egovernment
2. Meningkatkan
ketertiban dan keamanan untuk menciptakan suasana yang kondusif dengan
membangun sarana dan prasarana keamanan, penyempurnaan kelembagaan keamanaan
baik pemerintah dan masyarakat serta mendukung kelancaran proses demokrasi,
khususnya pelaksanaan pemilu dengan meningkatkan interaksi infrastruktur dan
suprastruktur politik demokratis disertai dengan kewaspadaan terhadap ancaman
dari luar negeri.
3. Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan,
4. Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan ekonomi yang handal berbasis
agribisnis dan ekowisata serta menciptakan alam yang lestari melalui penegakan
aturan pemanfaatan lahan dan sumberdaya alam dan koordinasi rencana tata ruang
wilayah.
5. Meningkatkan
pemenuhan infrastruktur dasar untuk membuka akses bagi setiap kegiatan, sebagai
stimulan bagi masyarakat agar mampu mandiri dalam meningkatkan taraf hidup.
6. Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Kalimantan Timur sehingga, memiliki ketahanan
mental, spiritual dan fisik agar mampu berperan dan mempunyai daya saing yang
tinggi di segala-segala bidang, baik di tataran nasional maupun internasional.
7. Meningkatkan
pelayanan dan pemberdayaan masyarakat sehingga menurunkan tingkat kemiskinan
II.Tujuan penulisan makalah
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis pembangunan ekonomi
yang telah dilakukan dengan fokus pada Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur.
Dasar analisis adalah dengan melihat indikator-indikator ekonomi maupun
indikator-indikator non-ekonomi berdasarkan konsep/indikator-indikator yang
dikemukakan Lawrence J.Lau pada agenda dan prioritas pembangunan propinsi
Kalimantan Timur.
III.Landasan Teori
Berbagai metode pengukuran ppembangunan ekonomi telah banyak
digunakan oleh pakar ekonomi dalam mengukur pembangunan ekonomi sebuah daerah.
Menurut pakar pembangunan ekonomi dari Universitas Stanford, Amerika, Lawrence J. Law, terdapat banyak indikator
pembangunan ekonomi selain produk riil nasional bruto per kapita (Real Gross
National Product per capita, Real GNP per capita). Selain Real GNP per capita,
beberapa indikator ekonomi lain, yaitu pertama, ketersediaan dan tingkat
kemampuan rakyat untuk mengakses jasa, misalnya jasa telekomunikasi,
pendidikan, transportasi, dan kesehatan). Kedua, tingkat ekuitas distribusi
pendapatan, kecenderungan kemiskinan, dan kondisi pemenuhan kebutuhan dasar.
Ketiga, tingkat urbanisasi; keempat, tingkat mobilitas sosial ekonomi, dan
kelima, tingkat kesejahteraan misalkan distribusi pendapatan, kebebasan memilih
pekerjaan dan tempat tinggal.
Indikator non-ekonomi meliputi aspek politik dan sosial dari
pembangunan ekonomi, tingkat harapan hidup, tingkat “melek” huruf, tingkat
pencapaian pendidikan formal, proses hukum, dan tingkat kepuasan
masyarakat terhadap jalannya kehidupan
berbangsa dan bernegara.
IV. Analisis pembangunan pemerintah propinsi Kalimantan
Timur
Kalimantan Timur adalah sebuah propinsi yang memiliki jumlah
penduduk 3.550.586 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk sebesar 3,81 persen per
tahun. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk ini juga dipicu oleh migrasi
penduduk dari daerah lain yang berharap akan peluang kerja dan peningkatan
pendapatan, dimana menurut sensus penduduk Kalimantan Timur oleh dinas
kependudukan Propinsi Kalimantan Timur, bahwa sebanyak 46,7 persen migrasi ke
Kalimantan Timur dilakukan atas dasar pekerjaan/mencari pekerjaan.
Kinerja ekonomi nasional dan regional telah mendorong
perbaikan kinerja ekonomi daerah Kalimantan Timur. Sebagai daerah yang
mengandalkan ekspor primer, pertumbuhan indikator ekonomi dengan melihat
Pendapatan Daerah Regional Bruto Kalimantan Timur, maka dapat dikatakan
Kalimantan Timur memiliki kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang membaik. Hal
ini dapat dilihat dari PDRB dengan harga konstan 2000, besaran PDRB dengan
migas pada triwulan IV tahun 2010 mencapai Rp. 27,89 triliun dan tanpa migas
mencapai Rp. 17,06triliun, dan PDRB tanpa migas dan Batu bara maka bernilai
Rp.10,31 trilyun. Dengan menggunakan indikator data PDRB dari Badan Pusat
Statistik Kalimantan Timur 2010, maka perekonomian Kalimantan Timur pada
triwulan IV tahun 2010 tumbuh positif 0,75 persen dengan migas, tanpa migas
2,05 persen, dan tanpa migas dan batu bara 1,06 persen (BPS, 2010).
Seperti yang telah dipaparkan pada visi misi, agenda, dan
prioritas pembangunan pada RPJMN dan RPJMD Propinsi Kalimantan Timur,
kemiskinan dan pengangguran merupakan variabel penting dalam menentukan
pembangunan suatu daerah. Kemiskinan terkait dengan kemampuan seseorang/rumah
tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar baik untuk makanan maupun non makanan.
Seseorang/rumah tangga dikatakan miskin bila kehidupannya dalam kondisi serba
kekurangan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar
minimal dinyatakan melalui ukuran yang disebut “garis kemiskinan” yang
disetarakan dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan.
Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur relatif masih
cukup tinggi, namun yang sejak 10 (sepuluh) tahun terakhir angka ini terus
mengalami penurunan. Pada tahun 2000 jumlahnya mencapai 532.711 jiwa atau 22,10
persen dari total jumlah penduduk Kalimantan Timur sebesar 2.525.480 jiwa
menjadi sebanyak 243.000 jiwa atau 7,66 persen dari total jumlah penduduk
Kalimantan Timur sebesar 3.550.586 jiwa. Hal ini bertolakbelakang dengan jumlah
APBD yang lebih besar dibanding dengan provinsi lain di Indonesia. Jumlah
penduduk miskin yang masih relatif banyak ini tidak terlepas dari kemungkinan
kurang terintegrasinya program penanganan kemiskinan. Program-program
pengurangan kemiskinan masih mengandalkan program dan anggaran Pemerintah Pusat
dalam bentuk program-program BLT, Askeskin, Raskin, dan beberapa program
lainnya yang kurang efektif bagi pengentasan kemiskinan di propinsi Kalimantan
Timur ini.
Dilihat dari sisi profil kermiskinan di Kalimantan Timur
berdasar data empiris, terdapat beberapa permasalahan yang dapat dikemukakan
adalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar
penduduk miskin tinggal di daerah kabupaten dan pedesaan (73,51 persen) yang
mayoritas bermatapencaharian disektor tradisional yaitu sektor pertanian (62,29
persen) dan 5,44 persenya tidak bekerja.
2. Selain itu
Tingkat pendidikan kepala Rumah tangganya mayoritas Tidak tamat SD dan SD yaitu
mencapai 67,82 persen. Kondisi ini menyebabkan daya penalaran untuk
memanfaatkan potensi sumber potensi ekonomi dilingkungannya agar hidup lebih
maju dan memperoleh pendapatan yang memadai belum dapat dimanfaatkan.
3. Kondisi
infrastruktur daerah pedesaan yang masih terbatas seperti akses jalan menuju
sentra produksi pertanian, sarana perekonomian seperti pasar dan perbankan dan
fasilitas penunjang perekonomian lainnya. Kondisi ini menyebabkan petani selalu
dalam kondisi petani tradisional yang terbatas pendapatannya.
4. Infrastuktur informasi
yang sulit dan sarana pemasaran hasil-hasil produksi pertanian yang sangat
terbatas disamping harga barang-barang pertanian yang murah dan tidak sesuai
dengan perkembangan harga sarana produksi dan biaya konsumsi sehari-hari.
5. Status pekerjaan
petani yang sebagian besar berusaha sendiri (58,64 persen) sebagai petani, jasa
informal (51,1 persen), dan buruh/karyawan berpenghasilan rendah (32,37
persen).
6. Masih banyak
anak usia sekolah yang terpaksa tidak sekolah lagi, tidak dapat ikut berperan
serta pada program Keluarga Berencana, tidak mampu berobat ke Puskesmas maupun
Poliklinik, sangat kecil mendapat akses memperoleh UMKM/UKM, fasilitas buang
air yang tidak sehat, fasilitas lantai bangunan yang berkualitas rendah, dan
fasilitas sumber air minum kebanyakan yang tidak sehat.
7. Kondisi
ketidakmampuan keuangan, juga karena kondisi kultur sosial budaya, menjadi
pekerkja keluarga untuk mencukupi kebutuhan keluarga
8. Belum nampak
kesungguhan institusi yang benar-benar menggagas program-program pemberdayaan
masyarakat untuk terentas dari kemiskinan, baik dari tingkat desa dan kelurahan
hingga level di atasnya termasuk lembaga swadaya masyarakat dan swasta.
Melihat kondisi
permasalahan di lapangan seperti diatas, langkah-langkah yang telah diambil
oleh Pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan di Kalimantan Timur adalah
sebagai berikut:
A. Melalui dana Pemerintah Pusat (Dana APBN)
a. Program
Penanggulangan Kemiskinan Kota
b. Program Subsidi
Pembangunan Infrastruktur Desa
c. Program Pengurangan Subsidi BBM dalam bentuk
Bantuan Langsung :
o Bantuan Langsung
Tunai (BLT) berupa Uang
o Bantuan Askes
Keluarga Miskin (ASKESKIN)
o Bantuan Beras
Miskin (RASKIN)
o Bantuan
Oprasional Sekolah (BOS)
d. Program
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
e. Program-program
lainnya yang ditempatkan dibeberapa Departemen
f. Program Kridit
Usaha Rakyat
g. Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
B. melalui dana Pemerintah Daerah Kab/Kota dan Provinsi (
Dana APBD)
1. Membantu secara
teknis dan administrasi memperlancar program Pemerintah Pusat
2. Bantuan Subsidi
Pendampingan Berobat Gratis dari ASKESKIN
3. Membentuk Tim
Komite Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)
4. Bantuan Bebas
Bayar iuran sekolah bagi keluarga Miskin melaui Kartu Miskin
5. Bantuan Modal
kerja dan pelatihan keterampilam bagi keluarga miskin di
6. beberapa
Kabupaten/Kota (Kota Tarakan dan Balikpapan)
Strategi yang
telah dilakukan olh Pemerintah propinsi Kalimantan Timur dalam program dan
kegiatan pengentasan Kemiskinan Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:
1. Membentuk Tim
sebagai organisasi pelaksana Penanggulangan kemskinan Kalimantan Timur meliputi
: Gubernur, DPRD Provinsi, Bupati/Walikota, Bappeda Provinsi, Dinas terkait,
BPS Provinsi, Camat, dan Lurah/Kepala Desa, Ketua RT, PT. Pos, Bank BRI/Bank
Kaltim, dan Tenaga Pendamping yang tergabung dalam TKPK. Masing-masing
pelaksana menjalankan tugasnya sesuai kepentingannya, dimana Guibernur selaku
penangung jawab. Pihak DPRD sebagai pemegng hak budget anggaran,
Bupati/walikota sebagai penyedia anggaran dan operasional di Kab/Kota, Bappeda
sebagai pembuat program perencanaan, BPS sebagai penyedia data, instansi
terkait sebagai tim pembina teknis dan manajemen, Camat dan lurah serta Ketua
RT membantu operasional lapangan.
2. TKPK
memanfaatkan basis data Penduduk Miskin Mikro Nama dan alamat jelas hasil
Pendataan Program Perlindungan Sosial 2008 yang dilakukan BPS
3. Memetakan
Kantong-kantong kemiskinan dan memisahkan data nama dan alamat RTM (Sangat
Miskin, Miskin, dan Hampir Miskin) untuk keperluan prioritas penanganan.
4. Menyusun Program
Strategis pengentasan kemiskinan dengan mengedepankan pada ”pemberdayaan
penduduk miskin” dengan tujuan utama adalah bagaimana penduduk miskin tersebut
memiliki pekerjaan sesuai dengan keterampilan dan potensi sumberdaya ekonomi
dilingkungan tempat tinggalnya hingga memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari, sampai mereka dapat ”mandiri”.
5. Mengalokasikan
”anggaran khusus program pengentasan kemiskinan” melalui Panitia Anggaran APBD
(Provinsi dan Kab/Kota), dengan menghitung terlebih dahulu secara cermat
kebutuhan yang tepat. Alokasi anggaran pengentasan kemiskinan dilakukan di
semua Kabupaten/Kota. Sementara APBD Provinsi digunakan untuk memfasilitasi
pelatihan-pelatihan keterampilan RTM, Biaya Operasional penyaluran bantuan
kepada RTM, Honor tenaga pendamping, Biaya Monitoring dan Pelaporan
6. Alokasi anggaran
pengentasan kemiskinan dilakukan selama 2 (dua) tahun anggaran untuk Rumah
Tangga miskin dan Sangat Miskin yang dibagikan secara bertahap selama dua tahun
dengan anggaran sebesar Rp. 779,40 Milyar Rumah tangga dengan jumlah Rumah
Tangga yang dibantu tunai sebanyak 144.656 Rumah Tangga.
7. Menyalurkan
bantuan/subsidi keuangan permodalan dan peningkatan pengembangan usaha dari
dana APBD melalui jasa perbankan dibantu oleh PT.Pos dan aparat Desa/Kelurahan
dibawah koordinasi Camat. Sementara secara teknis dan manajemen perlu dibantu
oleh tenaga pendamping dan bantuan dari instansi teknis yang sesuai dengan
bidang kerja dan keterampilan dari RTM tersebut. Jadi implementasi program
harus dibantu dan dikerjakan secara terintegrasi dari berbagai Dinas/Instansi
terkait.
Daftar Pustaka:
Ferdiany,Firsta Susan. 2017. Target Pajak Daerah Kalimantan Timur . Online. Tersedia http://finansial.bisnis.com/read/20160525/9/551363/sektor-tambang-terpuruk-transformasi-ekonomi-kaltim-dinilai-lamban Diakses Tanggal 17 April 2017.
Zulkarnaen, Iskandar. 2017. Malaysia Strategin Bagi
Perekonomian Kalimantan Timur. Online. Tersedia: http://www.spocjournal.com/ekonomi/pembangunan/89-analisis-pembangunan-ekonomi-daerah-kalimantan-timur-melalui-indikator-ekonomi-dan-indikator-non-ekonomi.html
Diakses Tanggal 17 April 2017.
Kaltaraprov. 2017. DBH 2018 Ditaksir Capai Rp 136,6 M.
Online. Tersedia:https://www.kaltimprov.go.id/berita-empat-masalah-prioritas-kalimantan.html.Diakses
Tanggal 17 April 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.