@A-22-Tia
Oleh : Tia Afrilia
Abstrak
Daging sapi merupakan salah satu
komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap perbaikan gizi
masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh pembangunan
manusia Indonesia.
Seiring meningkatnya perkembangan jumlah penduduk dan perbaikan taraf hidup penduduk di Indonesia, maka permintaan produk-produk untuk pemenuhan gizi pun semakin meningkat, begitu pula dengan permintaan akan bahan pangan seperti permintaan protein hewani.
Seiring meningkatnya perkembangan jumlah penduduk dan perbaikan taraf hidup penduduk di Indonesia, maka permintaan produk-produk untuk pemenuhan gizi pun semakin meningkat, begitu pula dengan permintaan akan bahan pangan seperti permintaan protein hewani.
Pendahuluan
Menurut Alhendry (2016), Konsumsi
daging masyarakat Indonesia cenderung meningkat seiring dengan peningkatan
pendapatan perkapita dan pertumbuhan industri pengolahan pangan, kebutuhan
tersebut sebagian bersumber dari daging sapi. Tingginya permintaan terhadap
daging sapi harus diiringi dengan peningkatan populasi dan produksi daging sapi
dalam negeri, jika tidak dilakukan upaya-upaya tertentu dikhawatirkan dapat
menguras populasi sapi dalam negeri sehingga impor sapi bakalan atau daging
sapi menjadi meningkat.
Untuk memenuhi permintaan daging sapi
dalam negeri pemerintah telah melakukan upaya peningkatan populasi sapi untuk
meningkatan produksi daging dalam negeri untuk mewujudkan swasembada daging
sapi dengan pengembangan pakan ternak, perbaikan mutu bibit melaui kegiatan
inseminasi buatan (IB) dan pemberantasan penyakit. Sebagai upaya untuk mengatur
penawaran sapi dan daging sapi telah dilakukan kebijakan pengaturan pengeluaran
dan pemasukan sapi antar daerah serta pengaturan impor bakalan dan daging sapi.
(Alhendry, 2016)
Permintaan adalah jumlah suatu
komoditi yang bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan
fungsi dari atau tergantung pada komoditi itu, pendapatan nominal individu,
harga komoditi lain dan cita rasa individu. Permintaan yang menggambarkan
keadaan keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah permintaan, sedangkan
jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu
tingkat harga tertentu. (Fatmawati, Rostin, Jamal, 2016)
Ternak sapi, khususnya sapi potong
merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi
tinggi, dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat.Seekor atau kelompok
ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama bahan makanan berupa
daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit dan tulang.
Ternak sapi potong dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru dunia dengan
berbagai macam pemeliharaan, tergantung pada kondisi setempat. (Fatmawati,
Rostin, Jamal, 2016)
Populasi Sapi Potong
Dari seluruh populasi sapi potong
tidak semua akan dipotong untuk menghasilkan daging, berdasarkan kajian
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian RI (2011) bahwa
rata-rata berat sapi nasional 345,82 kg dengan persentase karkas 50,84 persen.
Upaya penggunaan teknologi Inseminasi Buatan (IB) diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas sapi potong di Indonesia. Disamping itu faktor lain
yang mempengaruhi perkembangan usaha ternak sapi adalah permodalan yang akan terkait
dengan suku bungan bank. Harga daging domestik juga dapat meransang atau
memotifasi peternak untuk meningkatkan usaha peternakannya demikian juga dengan
harga sapi itu sendiri, harga sapi yang cukup tinggi akan dapat memotifasi
peternak untuk meningkatkan usahanya namun dengan harga yang tinggi peternak
juga akan kekurangan modal untuk membeli sapi bakalan. Dengan demikian
persamaan penawaran daging sapi dapat diasumsikan sebagai berikut :
PSP = a0 + a1IB + a2HS + a3HDD + a4SB
+ a5LPSP + u1
dimana:
PSP = Populasi sapi (ekor/tahun)
IB = Teknologi
produksi (000 dosis IB)
HS = Harga sapi
dibagi indek harga konsumen (Rp/Kg)
HDD = Harga Daging Sapi Domestik dibagi
indek harga konsumen (Rp/Kg)
SB = Suku bunga (%)
LPSP = Lag populasi Sapi potong (ekor)
u1 = Perubah
pengganggu
Tanda parameter estimasi yang
diharapkan (hipotesis) adalah sebagai berikut:
a3, a4, < 0; a1, a2, > 0; dan 0
< a5 < 1
Produksi Daging Sapi Dalam Negeri
Produksi daging sapi dalam negeri
akan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi sapi dalam negeri,
curah hujan dan harga daging sapi. Produksi daging sapi sangat terkait dengan
pakan yang berkualitas dan konsentrat sebagai sumber protein yang berfungsi
untuk pembentukan daging. Pada peternakan untuk program penggemukan, biasanya
akan menggunakan pakan kosentrat sedangkan pada peternak rakyat dengan skla
kepemilikan 1-3 ekor jarang yang menggunakan pakan konsentrat. Curah hujan
sangat mempengaruhi kualitas hijauan untuk pakan ternak yang sangat berpengaruh
terhadap produksi daging. Harga daging sapi akan berpengaruh terhadap
peningkatan produksi daging sapi, persamaan produksi daging sapi adalah sebagai
berikut :
QDS = b0 +
b1PSP + b2CH + b3HDD + b4 LQDSt+ u2t
dimana :
QDS = Produksi daging domestik
(ton/th)
PSP = Populasi sapi (ekor/th)
HDD = Harga Daging Domestik dibagi indek
harga konsumen (Rp/kg)
CH = Curah Hujan (000 mm)
LQDS = Lag Produksi daging sapi dalam negeri (ton)
u2 = Peubah
pengganggu
Tanda parameter estimasi yang diharapkan
(hipotesis) adalah sebagai berikut :
b2 < 0 ; b1, b3 > 0 ; dan 0 < b4 < 0
Permintaan Daging Sapi Dalam Negeri
Permintaan terhadap suatu barang
sangat dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri dan harga barang subsitusinya.
Selain itu juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan pendapatan. Harga komoditi
lain yang akan dapat mempengaruhi permintaan daging sapi adalah harga daging
ayam, harga telur dan harga tempe. Harga telur diperkirakan sebagai komoditi
komplementer bagi daging sapi sedangkan daging ayam dan tempe diperkirakan
sebagai komoditi subsitusi.Persamaan permintaan daging sapi dalam negeri dapat
disimpulkan sebagai berikut :
DDS = d0 + d1HDD + d2HA +
d3HE + d4HT+ d5JP + d6PK + d7 LQDS +u4t........(32)
dimana :
DDS = Permintaan daging sapi dalam
negeri (ton)
HDD = Harga daging sapi domestik dibagi
indek harga konsumen (Rp/kg)
HA = Harga riil daging
ayam dibagi indek harga konsumen (Rp/kg)
HE = Harga riil
teurl ayam dibagi indek harga konsumen (Rp/kg)
HT = Harga rill
tempe dibagi indek harga konsumen (Rp/kg)
JP = Jumlah
penduduk (000 jiwa)
PK = Pendapatan per
kapita (Rp000)
LQDS = Lag
permintaan daging sapi dalam negeri (ton)
u4 = Peubah
pengganggu
Tanda parameter estimasi yang
diharapkan (hipotesis) adalah sebagai berikut:
d2, d3, d4 < 0; d1, d5, d6 > 0; dan 0 < d7 <1
Fungsi
Permintaan Daging Sapi
Fungsi permintaan dapat diturunkan
dari fungsi utilitas konsumen yang dimaksimumkan
dengan kendala tingkat pendapatan (HENDERSON and QUANDT, 1980)
1. fungsi utilitas konsumen daging sapi diformulasikan: U = u (Q, R)
2. fungsi kendala pada tingkat pendapatan tertentu (Yo) bagi konsumen Yo = PQ * Q + PR * R
3. fungsi lagrange : V = u (Q, R) + λ (Yo–PQ* Q-PR * R)
4. fungsi permintaan daging sapi diformulasikan: Qd = f (PQ, PR, Yo, JPt, Qd-1)
ket :
dengan kendala tingkat pendapatan (HENDERSON and QUANDT, 1980)
1. fungsi utilitas konsumen daging sapi diformulasikan: U = u (Q, R)
2. fungsi kendala pada tingkat pendapatan tertentu (Yo) bagi konsumen Yo = PQ * Q + PR * R
3. fungsi lagrange : V = u (Q, R) + λ (Yo–PQ* Q-PR * R)
4. fungsi permintaan daging sapi diformulasikan: Qd = f (PQ, PR, Yo, JPt, Qd-1)
ket :
U = total
utilitas mengkonsumsi daging sapi
R = konsumsi komoditas lain
JPt = Jumlah penduduk
Qd-1 = Permintaan daging sapi tahun sebelumnya
R = konsumsi komoditas lain
JPt = Jumlah penduduk
Qd-1 = Permintaan daging sapi tahun sebelumnya
KESIMPULAN
Permintaan daging sapi dipengaruhi
oleh harga daging sapi dan harga ikan, serta responsif terhadap perubahan harga
daging, artinya daging sapi masih merupakan barang mewah bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia. Keputusan mengkonsumsi daging sapi tidak hanya ditentukan
oleh pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh tingkat pendidikan dan
aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas sosial ekonomi. (Noniieta, 2012)
Harga daging sapi domestik
dipengaruhi oleh harga daging impor, harga sapi domestik, dan penawaran daging
sapi domestik. Namun harga daging sapi domestik tidak responsif terhadap
perubahan seluruh peubah yang mempengaruhinya. Ini menunjukkan pasar daging
sapi di Indonesia pada periode ini banyak dikendalikan oleh pemerintah,
terutama pada sisi penawaran. (Noniieta, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, Rostin, Baso. Jamal
Nasir. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi Di
Indonesia.
Alhendry. 2016. Model Penawaran dan Pemintaan Daging Sapi di
Indonesia.
Eta, Noni. 2012. Analisis Penawaran dan Pemintaan Daging Sapi
di Indonesia.
Zaen, Mr. 2012. Kebutuhan Daging di Indonesia Sekarang dan
Masa Depan.
Barus, Octavianty. 2013. Permintan Sapi Potong dan Daging
Sapi di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.