Permasalahan utama
dalam mewujudkan ketahanan pangan
di Indonesia saat ini
adalah terkait dengan
fakta bahwa pertumbuhan
permintaan komoditi pangan yang
lebih cepat daripada
pertumbuhan penyediaanya.
Oleh karena itu, peningkatan produktivitas komoditi pangan harus dipertahankan. Salah satu komoditi yang harus ditingkatkan produktivitasnya adalah kedelai. Tanaman kedelai merupakan sumber bahan pangan nabati, dengan kandungan protein. Dari seluruh protein yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, sekitar10 persen bersumber dari produk olahan kedelai (Hayami, dkk, 1988). Tidak seperti tanaman pangan lainnya, kedelai dikonsumsi melalui berbagai bentuk produk olahan seperti tahu, tempe, kecap dan tauco. Beberapa modifikasi pengolahan kedelai lainnya juga telah dikembangkan di berbagai daerah seperti keripik tempe, susu kedelai dan kedelai goreng. Kedelai digunakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan protein manusia, tetapi juga digunakan sebagai sumber protein pada hewan. Bahan baku pakan ternak menggunakan kedelai dan sekitar 90 persen protein makanan ternak berasal dari kedelai (Tomich, 1992). (dikutip dari muhammadwalise)
Oleh karena itu, peningkatan produktivitas komoditi pangan harus dipertahankan. Salah satu komoditi yang harus ditingkatkan produktivitasnya adalah kedelai. Tanaman kedelai merupakan sumber bahan pangan nabati, dengan kandungan protein. Dari seluruh protein yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, sekitar10 persen bersumber dari produk olahan kedelai (Hayami, dkk, 1988). Tidak seperti tanaman pangan lainnya, kedelai dikonsumsi melalui berbagai bentuk produk olahan seperti tahu, tempe, kecap dan tauco. Beberapa modifikasi pengolahan kedelai lainnya juga telah dikembangkan di berbagai daerah seperti keripik tempe, susu kedelai dan kedelai goreng. Kedelai digunakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan protein manusia, tetapi juga digunakan sebagai sumber protein pada hewan. Bahan baku pakan ternak menggunakan kedelai dan sekitar 90 persen protein makanan ternak berasal dari kedelai (Tomich, 1992). (dikutip dari muhammadwalise)
Selama tahun
1990-an, terdapat penurunan produksi kedelai yang disebabkan turunnya luas
areal dan relatif stabilnya produktivitas kedelai. Disisi lain terdapat
peningkatan konsumsi kedelai yang cukup besar baik permintaan sebagai bahan
baku produk olahan maupun permintaan sebagai bahan baku industri bahan makanan
ternak. Untuk itu, perlu dilakukan kajian untuk mengetahui permasalahan atau
faktor yang menyebabkan kondisi seperti diatas bisa terjadi. (dikutip dari muhammadwalise)
Menteri
Pertanian bahkan menegaskan bahwa problem kedelai di Indonesia saat ini masih
mengandalkan kedelai impor dari Amerika terutama untuk produksi tahu tempe dan
karena terbatasnya ketersediaan lahan untuk menanam kedelai. Bahkan diberitakan
bahwa kondisi import kedelai mengalami permasalahan terkait dengan penurunan
produksi kedelai Amerika karena mengalami kegagalan panen akibat iklim/cuaca
buruk.
Pernyataan ini
dikuatkan dengan fakta empiris bahwa komoditas pertanian termasuk didalamnya
kedelai sangat rentan dengan perubahan iklim/cuaca karena perubahan jumlah
bulan basah/lembab berpengaruh positif terhadap produksi kedelai. Korelasi
antara perubahan iklim (jumlah bulan basah/lembab) dengan produksi kedelai menunjukkan bahwa kenaikan
satu satuan bulan basah/lembab mengakibatkan penurunan produksi kedelai sebesar 0,030 satuan. Sedangkan terhadap
produktivitas menyebabkan penuruna sebesar 0,386 satuan. Selain itu,
perubahan jumlah bulan basah juga berpengaruh terhadap penurunan luas tanam sebesar 0,094 dan luas panen
sebesar 0,109 satuan.(http://litbang.patikab.go.id).
Adapun tujuan diadakannya
penelitian ini adalah mengidentifikasi variabel variabel yang mempengaruhi
permintaan kedelai impor dan kedelai domestik. Mengidentifikasi hubungan
permintaan kedelai domestik dengan kedelai impor. Mengetahui proyeksi kinerja
produksi kedelai domestik, impor dan permintaan kedelai dari tahun ketahun
Hipotesis penelitian ini
(1) Diduga permintaan kedelai
domestik dan permintaan kedelai impor dipengaruhi oleh harga kedelai domestik,
harga kedelai impor, jumlah penduduk dan pendapatan penduduk.
(2) Diduga elastisitas harga
kedelai domestik terhadap permintaan kedelai domestik bernilai negatip.
Elastisitas harga silang kedelai domestik terhadap permintaan kedelai impor
bernilai positif untuk barang substitusi. Elastisitas pendapatan penduduk
terhadap permintaan kedelai bernilai positif untuk barang normal.
(3) Diduga kinerja produksi kedelai domestik
dan permintaan kedelai dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi data produksi kedelai
domestik, jumlah kedelai impor, harga kedelai domestik dan harga kedelai impor,
kurs tengah Dolar terhadap Rupiah, pendapatan penduduk dan jumlah penduduk.
Data tersebut diambil dari Biro Pusat Statistik (BPS) dan Food Organitation
(FAO).
Dalam menganalisis data digunakan
tiga metode analisis
1. Untuk menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan dalam analisis statistik, digunakan fungsi bentuk
Regresi linear berganda yang menggunakan persamaan Y=a+ bX+ bX+bX + bX + εi.
Dimana; Y = Jumlah permintaan kedelai, X = Harga kedelai domestik, X= Harga
kedelai impor, X= Pendapatan penduduk, X= Jumlah penduduk, a= Konstanta, b- b=
Nilai koefesien, εi = Error term.
2. Untuk mengetahui keterkaitan permintaan kedelai
impor dan kedelai domestik maka digunakan model elastisitas permintaan yang
meliputi:
(a)
Elastisitas harga barang itu sendiri E= .
(b)
Elastisitas harga silang terhadap permintaan E= .
(c)
Elastisitas pendapatan terhadap permintaan E= . ,
3. Untuk memproyeksi kinerja produksi kedelai
domestik, volume impor dan permintaan kedelai dari tahun ke tahun maka
digunakan analisa trend. Y = a + bx. Dimana; x = Periode waktu, Y = Permintaan
kedelai, a = Nilai Y apabila x = 0, b= Besarnya perubahan variabel Y yang
terjadi pada setiap perubahan satu unit variabel x.
Dari hasil penelitian dan
pembahasan didapatkan 5 hal penting yaitu
(1) Variabel yang mempengaruhi permintaan kedelai domestik adalah
variabel harga kedelai domestik (X1) sebesar 0,501 berarti bahwa setiap
penambahan Rp.1,- per ton harga kedelai domestik akan meningkatkan permintaan
kedelai domestik sebesar 0,501 ton.
Variabel harga
kedelai impor (X2) sebesar 4.759,670, berarti bahwa setiap penambahan $ 1,- per
ton harga kedelai impor akan menyebabkan penurunan permintaan kedelai domestik
sebesar 4759,670 ton.
Variabel
pendapatan penduduk (X3) sebesar 0,665 berarti bahwa setiap penambahan
pendapatan penduduk sebesar Rp. 1,- perkapita pertahun maka permintaan kedelai
domestik akan turun sebesar 0,665 ton.
Variabel
jumlah penduduk (X4) sebesar 64,317 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah
penduduk sebanyak 1000 jiwa maka akan meningkatkan permintaan kedelai domestik
sebesar 64,317 ton.
(2) Variabel yang mempengaruhi permintaan kedelai impor adalah
variabel harga kedelai impor (X2) sebesar 5.773,237 berarti bahwa setiap
penambahan $ 1,- per ton harga kedelai impor akan menyebabkan penambahan
permintaan kedelai impor sebesar 5.773,237 ton .
(3) Nilai elastisitas harga kedelai domestik terhadap permintaan
kedelai domestik adalah -0,880. Hal tersebut berarti apabila harga kedelai
domestik bertambah sebesar1% maka permintaan kedelai domestik akan menurun
sebesar 0,880% per tahun. Nilai elastisitas harga kedelai impor terhadap
permintaan kedelai domestik adalah 0,984. Hal tersebut berarti apabila harga
kedelai impor meningkat sebesar 1% maka permintaan kedelai domestik akan naik
sebesar 0,984% per tahun. Karena E adalah positif maka hubungan antara kedelai
domestik dan kedelai impor adalah subtitusi. Nilai elastisits pendapatan
penduduk terhadap permintaan kedelai domestik bernilai 2,684. Hal tersebut
berarti apabila pendapatan penduduk meningkat sebesar 1% maka permintaan
kedelai domestik akan naik sebesar 2,684% (karena En>0) maka kedelai domestik
disebut barang normal.
(4) Nilai elastisitas harga kedelai impor terhadap permintaan kedelai
impor adalah –2,446. Hal tersebut berarti apabila harga kedelai impor meningkat
sebesar1% maka permintaan kedelai impor akan turun sebesar 2,446%. Nilai
elastisitas pendapatan penduduk terhadap permintaan kedelai impor bernilai
-3,611. Hal tersebut berarti apabila pendapatan penduduk naik sebesar 1% maka
permintaan kedelai domestik akan turun sebesar 3,611% (karena En<0>).
(Dikutip dari http://atanitokyo.blogspot.co.id)
Pengaruh harga
kedelai dalam negeri terhadap volume impor kedelai Indonesia Hipotesis kedua
menyatakan bahwa harga kedelai dalam negeri secara parsial memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap volume impor kedelai Indonesia. Hipotesis ini
tidak diterima karena besarnya nilai thitung -3,298 < ttabel 1,796 dan nilai
signifikansi sebesar 0,011 < α = 0,05. Jika harga kedelai dalam negeri
mengalami peningkatan maka negara akan cenderung untuk mengimpor kedelai dari
luar negeri, begitu pula sebaliknya. Koefisien regresi yang bertanda negatif
tersebut menunjukkan bahwa harga yang cenderung meningkat belum tentu
menyebabkan sebuah negara melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai
didalam negeri. Harga barang ditentukan oleh permintaan dan juga penawaran, Hukum
permintaan adalah jika harga suatu barang naik, (dan hal-hal lain dianggap
tidak berubah), pembeli cenderung membeli lebih sedikit barang tersebut,
sebaliknya jika harga turun, (dan hal-hal lain tidak berubah), jumlah barang
yang dibeli akan meningkat. Hukum tersebut rupanya tidak berlaku pada kasus
ini.
Pengaruh kurs
dollar Amerika terhadap volume impor kedelai Indonesia Hipotesis ketiga
menyatakan bahwa kurs dollar Amerika secara parsial memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap volume impor kedelai Indonesia. Hipotesis ini tidak
diterima karena besarnya nilai thitung -0,048 < ttabel -1,796 dan nilai
signifikansi sebesar 0,963 > α = 0,05. Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi
atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas ekspor
maupun impor. Jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam
negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya (harganya)
akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Dimana dengan
peningkatan kurs Dollar maka konsumen di dalam negeri memiliki kemampuan
membeli lebih sedikit, sehingga penawaran produsen luar negeri untuk melakukan
impor berkurang. Apabila nilai kurs Dollar Amerika meningkat, maka volume impor
akan berkurang, begitupula sebaliknya. Nilai signifikansi sebesar 0,963 > α
= 0,05 menunjukan bahwa pada kasus ini apabila terjadi penguatan pada kurs dollar
Amerika maka belum tentu akan menyebabkan menurunnya impor kedelai.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan
pembahasan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan yaitu, pengujian
secara parsial dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jumlah Pengaruh
Jumlah Produksi Kedelai Dalam Negeri, Har….. [Aditya Bangga Yoga, I A. N.
Saskara] 134 produksi kedelai dalam negeri (X1) memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap volume impor kedelai Indonesia pada tingkat kepercayaan
95%.. Variabel harga kedelai dalam negeri (X2) secara parsial juga menunjukkan pengaruh
negatif dan signifikan terhadap volume impor kedelai Indonesia pada tingkat
kepercayaan 95%. Kenaikan harga kedelai memiliki kecenderungan negara akan
melakukan impor untuk memberikan kesempatan pada konsumen untuk membeli produk
yang lebih ekonomis. Variabel kurs Dollar Amerika (X3) secara parsial
menunjukan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume impor kedelai
Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Penguatan kurs dollar Amerika belum
tentu akan menyebabkan menurunnya volume impor begitu pula sebaliknya. Saran
Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disampaikan saran-saran yaitu bagi
pemerintah maupun semua pihak yang terkait didalamnya agar faktor – faktor
produksi lebih ditingkatkan lagi terutama sumber daya alam berupa lahan dan
juga faktor tenaga kerja yang perlu diberi rangsangan agar mampu lebih
produktif lagi dalam bertani kedelai dan mampu mengurangi beban negara yang
tiap tahun selalu mengimpor kedelai kedalam negeri dan juga lebih berhati hati
didalam menetapkan kebijakan kebijakan impor dimana apabila pemerintah memberi
kelonggaran pada kebijakan impor maka hal tersebut akan menyebabkan bertambah
lesunya para petani untuk menanam kedelai. kepada para peneliti selanjutnya di
bidang ini disarankan agar memperluas objek penelitiannya pada variabel
variabel lainnya yang memiliki kaitan dengan volume impor kedelai Indonesia.
(Dikutip dari EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS UDAYANA Vol. 2, No. 3, Maret 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.