.

Minggu, 04 Juni 2017

Inflasi dan Kebijakan non Moneter Indonesia



@B24-DHICO
Oleh : Dhico Imtinan Setyowati

Abstrak
Inflasi adalah turunya nilai uang yang disebabkan jumlah uang yang beredar di masyarakat sangat banyak sehingga harga barang menjadi sangat mahah dan daya beli masyarakat terhadap barang /jasa menjadi menurun. Pengendalian inflasi sangat penting menjadi salah satu perhatian pemerintah karena beberapa alasan Pertama, inflasi memperburuk distribusi pendapatan (menjadi tidak seimbang). Kedua, inflasi menyebabkan berkurangnya tabungan domestik yang merupakan sumber dana investasi bagi negara-negara berkembang. Ketiga, inflasi mengakibatkan terjadinya defisit neraca perdagangan serta meningkatkan besarnya utang luar negeri. Keempat, inflasi dapat menimbulkan ketidakstabilan politik. Salah satu pengendalian yang dilakukan adalah dengan kebijakan non moneter.
Kata kunci : Inflasi, Kebijaakan non Moneter
Pendahuluan
Krisis moneter yang melanda Indonesia diawali dengan terdepresiasinya secara tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (terutama dolar Amerika), akibat adanya domino effect dari terdepresiasinya mata uang Thailand (bath), salah satunya telah mengakibatkan terjadinya lonjakan harga barang-barang yang diimpor Indonesia dari luar negeri. Lonjakan harga barang-barang impor ini, menyebabkan harga hampir semua barang yang dijual di dalam negeri meningkat baik secara langsung maupun secara tidak langsung, terutama pada barang yang memiliki kandungan barang impor yang tinggi. Karena gagal mengatasi krisis moneter dalam jangka waktu yang pendek, bahkan cenderung berlarut-larut, menyebabkan kenaikan tingkat harga terjadi secara umum dan semakin berlarut-larut. Akibatnya, angka inflasi nasional melonjak cukup tajam.
Jika melihat begitu dasyatnya pengaruh lonjakan angka inflasi di Indonesia (akibat dari imported inflation yang dipicu oleh terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing) terhadap perekonomian nasional, maka dirasa perlu untuk memberikan perhatian ekstra terhadap masalah inflasi ini dengan cara mencermati kembali apa yang dimaksud dengan inflasi dan salah satu penanganannya dengan menggunakan kebijakan non meneter.
Permasalahan
Dari pendahuluan diatas makan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud Inflasi?
2.      Bagaimana perkembangan Inflasi di Indonesia?
3.      Bagaimana pengendalian Inflasi dengan kebijakan non meneter?
Pembahasan
Inflasi adalah turunya nilai uang yang disebabkan jumlah uang yang beredar di masyarakat sangat banyak sehingga harga barang menjadi sangat mahah dan daya beli masyarakat terhadap barang /jasa menjadi menurun.
Menurut Lerner (Gunawan,1995), inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang dan  jasa secara keseluruhan. Sedangkan menurut Sukirno (1998), inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku secara umum dalam suatu perekonomian. Sementara itu Mankiw (2000) menyatakan bahwa inflasi merupakan peningkatan dalam seluruh tingkat harga. Hampir semua negara, menjaga inflasi agar tetap rendah dan stabil adalah tugas bank sentral. Tingkat inflasi yang rendah dan stabil, akan tercipta  pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, perluasan lapangan kerja, dan ketersediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat .
Penggolongan Inflasi
Inflasi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu menurut sifat, penyebab dan asal inflasi.
A.    Jenis inflasi menurut sifat
1.      Inflasi ringan (creeping inflation)
Inflasi ringan ditandai dengan laju inflasi yang rendah, biasanya bernilai satu digit per tahun (kurang dari 10%). Kenaikan harga pada jenis inflasi ini berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.
2.      Inflasi menengah (galloping inflation)
Inflasi menengah ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya duoble digit, yaitu diantara 10% - < 30% per tahun) dan kadang-kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu / bulan lalu dan seterusnya.
3.      Inflasi tinggi (hyper inflation)
Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga- harga naik sampai 5 atau 6 kali (lebih dari 30%). Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi (Nopirin, 1990).

B.     Jenis inflasi menurut sebab
1.      Demand – pull inflation
Demand pull inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan permintaan agregat (agregate demand, AD), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Adanya kelebihan permintaan inilah penyebab perubahan harga.
2.      Cost – push inflation
Cost – push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran agregat (aggregate supply, AS) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
3.      Mixed inflation
Inflasi campuran disebabkan karena adanya campuran antara inflasi tarikan permintaan dengan inflasi dorongan biaya.

C.     Jenis inflasi menurut asal
1.      Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).
Inflasi ini dapat timbul antara lain karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru ataupun terjadinya kegagalan panen.
2.      Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi ini merupakan inflasi yang timbul karena kenaikan harga – harga (inflasi) di luar negeri atau di luar negara tersebut. Dalam hubungan ini pengaruh inflasi dari luar negeri ke dalam negeri dapat terjadi melalui kenaikan harga barang – barang impor maupun kenaikan harga barang – barang ekspor.
Perkembangan Inflasi di Indonesia
Seperti halnya yang terjadi pada negara-negara berkembang pada umumnya, fenomena inflasi di Indonesia masih menjadi satu dari berbagai “penyakit” ekonomi makro yang meresahkan pemerintah terlebih bagi masyarakat. Memang, menjelang akhir pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis moneter) angka inflasi tahunan dapat ditekan sampai pada single digit, tetapi secara umum masih mengandung kerawanan jika dilihat dari seberapa besar prosentase kelompok masyarakat golongan miskin yang menderita akibat inflasi.
Sumber-sumber Inflasi di Indonesia
Apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat beberapa faktor utama yang menjadi penyebab timbulnya inflasi di Indonesia, yaitu :
1.      Jumlah uang beredar
Kenaikkan jumlah uang beredar di Indonesiapada tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah.
2.      Defisit Anggaran Belanja Pemerintah
Defisitnya anggaran belanja ini banyak kali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut ketegaran struktural ekonomi Indonesia, yang acapkali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun.
3.      Faktor-faktor dalam Penawaran Agregat dan Luar Negeri
Kelambanan penyesuaian dari faktor-faktor penawaran agregat terhadap peningkatan permintaan agregat ini lebih banyak disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan struktural (structural bottleneck) yang ada di Indonesia.
Pengendalian inflasi sangat penting menjadi salah satu perhatian pemerintah karena beberapa alasan Pertama, inflasi memperburuk distribusi pendapatan (menjadi tidak seimbang). Kedua, inflasi menyebabkan berkurangnya tabungan domestik yang merupakan sumber dana investasi bagi negara-negara berkembang. Ketiga, inflasi mengakibatkan terjadinya defisit neraca perdagangan serta meningkatkan besarnya utang luar negeri. Keempat, inflasi dapat menimbulkan ketidakstabilan politik.
Kebijakan non moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut:
1.      Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.

2.      Menekan tingkat upah.
Tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.

3.      Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.

4.      Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.

5.      Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang).Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain:
1.      Penurunan nilai uang
2.      Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 65%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
6.      Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.

7.      Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.

8.      Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.
Kesimpulan
1.      Inflasi adalah turunya nilai uang yang disebabkan jumlah uang yang beredar di masyarakat sangat banyak sehingga harga barang menjadi sangat mahah dan daya beli masyarakat terhadap barang /jasa menjadi menurun.
2.      Inflasi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu menurut sifat, penyebab dan asal inflasi.
3.      Sumber-sumber Inflasi di Indonesia
Apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat beberapa faktor utama yang menjadi penyebab timbulnya inflasi di Indonesia, yaitu :
a.       Jumlah uang beredar
b.      Defisit Anggaran Belanja Pemerintah
c.       Faktor-faktor dalam Penawaran Agregat dan Luar Negeri
4.      Kebijakan non moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi.

Daftar Pustaka
Atmadja, S Adwin. 1999. Vol 1. No 1. Inflasi Di Indonesia :Sumber-Sumber Penyebab dan Pengendaliannya. http://www.tappdf.com/read/3197-inflasi-di-indonesia-sumber-sumber-penyebab-dan-pengendaliannya. (Diakses pada 2 Juni 2017).
Dristianto, Arga. 2012. Inflasi.  http://picatto.blogspot.co.id/2012/09/inflasi.html. (Diakses pada Juni 2017).
Wikandaru, Aditya. 2013. Inflasi. http://ayokitastudi.blogspot.co.id/2013/10/inflasi.html. (Diakses pada 2 Juni 2017).
Dania. 2010. Cara Mengatasi Terjadinya Inflasi. https://daneea.wordpress.com/2010/04/24/cara-mengatasi-terjadinya-inflasi/. (Diakses pada 2 Juni 2017).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.