.

Minggu, 13 Mei 2018

Jepang Investor Indonesia

@C17-Guntur, @Proyek-08, 
Disusun Oleh Guntur Wahyu Prasetiyo


ABSTRAK
Investasi asing kini memainkan peran penting dalam proses internasionalisasi bisnis karena dianggap mampu merefleksikan kepentingankepentingan tidak hanya bagi negara investor, tetapi juga negara-negara tujuan investasi. Keberadaan investasi asing bagi Negara berkembang seperti Indonesia menjadi hal yang sangat penting dikarenakan terbatasnya sumber modal nasional. Investasi dari salah satu negara maju yaitu Jepang menjadikan hubungan kedua negara sangat bergantung satu sama lain. Tahun 1997 tepatnya pada saat krisis ekonomi Asia terjadi, tingkat investasi Jepang mengalami penurunan yang cukup drastis. Dampak dari krisis ekonomi ini dirasakan masih ada hingga sekarang, dikarenakan jumlah investasi belum meningkat seperti sebelum krisis Asia terjadi. Penelitian ini diadakan untuk meneliti kondisi-kondisi apakah yang mengakibatkan terjadinya fluktuasi investasi Jepang ke Indonesia pada tahun 2001-2007. Sebagai upaya menganalisa permasalahan tersebut, dapat dipergunakan beberapa konsep, yaitu: John H.Dunning mengenai motivasi pengadaan investasi oleh MNC, konsep comparative advantage oleh David Ricardo, dan juga konsep competitive advantage yang dinyatakan oleh Michael E. Porter. Pada penelitian kali ini, akan ditemukan beberapa hal, diantaranya kedinamisan dari comparative advantage pada Indonesia dan kondisi competitive advantage wilayah Jepang yang dapat dipengaruhi berbagai kondisi. Namun kondisi yang terjadi pada tahun 2001-2007 terdapat perubahan pada comparative advantage terlebih pada masalah country risk, dimana kondisinya menyebabkan bertambahnya beban perekonomian, sehingga masih terjadi penurunan investasi dari Jepang.

KATA KUNCI : Investor Jepang, Perekonomian Indonesia

PENDAHULUAN

Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan meningkatkan mutu produksi. Terbukti dengan pembentukan-pembentukan sistem kerja yang diterapkan dan dipakai oleh perusahaan Jepang. Jika dilihat dari perekonomiannya pun, tidak diragukan bahwa Jepang merupakan negara yang memiliki tingkat industri yang baik. Seperti Toyota, Sony, Mitsubishi, dan Panasonic yang sudah dikenal oleh dunia. Bahkan, gedung-gedung tinggi, perkantoran, perusahaan, dan pabrik-pabrik dapat banyak ditemukan di negara ini.

RUMUSAN MASALAH

1.      Contoh manufaktur Jepang yang ada di Indonesia ?
2.      Sektor apa sajakah yang di Incar Jepang ?
3.      Kenapa Jepang lebih unggul dari pada China ?
4.      Sejak kapan Jepang menjadi Investor Indonesia ?





PEMBAHASAN
·         Jepang Investor Indonesia
Jepang, beberapa dekade silam, adalah ‘raja’ investor di Indonesia. Negeri Sakura kala itu selalu berada di urutan pertama penanaman modal asing (PMA) dengan nilai investasi terbesar di Tanah Air. Tapi predikat itu terus memudar. Kini, Jepang tak lagi menjadi investor asing dengan nilai investasi terbesar di Indonesia. Sejak era 1990-an, Jepang memang mengendurkan investasinya di Indonesia. Jepang lebih memilih Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Singapura, dan Inggris. Malah belakangan, Jepang melirik Thailand, India, dan Vietnam sebagai tujuan investasinya. Dalam 15 tahun terakhir, Indonesia hanya berada di peringkat 5-8 negara tujuan investasi Jepang. Tapi bukan mustahil Jepang kembali menjadi raja investor di Indonesia. Tak tertutup kemungkinan pula Jepang menjadikan negeri ini sebagai tujuan utama investasinya. Tanda-tanda itu mulai tampak. Selama Januari-September 2017, Jepang tercatat sebagai PMA yang menanamkan investasi terbesar kedua di Indonesia. Dengan nilai investasi US$ 3,99 miliar, Jepang hanya kalah oleh Singapura (US$ 6,11 miliar). Jepang tengah mengincar proyek-proyek baru infrastruktur transportasi senilai total Rp 178 triliun. Proyek yang dibidik Jepang di antaranya Pelabuhan Patimban, kereta semi cepat Jakarta-Surabaya, dan Tol Trans-Sumatera ruas Padang-Bukit Tinggi-Pekanbaru. Jepang juga tertarik berinvestasi pada proyek pengembangan Bandara Kualanamu, Bandara Sepinggan, dan Bandara Lombok. Jepang bahkan berminat menjalin kerja sama pengoperasian bandara. Hasrat Jepang meningkatkan investasinya di Indonesia patut diapresiasi. Dalam urusan investasi, Jepang dikenal sangat disiplin, selektif, dan hati-hati, sehingga proyek-proyek yang dikerjakannya selalu tepat waktu, tepat proyek, dan tepat kualitas. Selain itu, Jepang merupakan negara donor terbesar Indonesia, sehingga kesinambungan pendanaan proyek benar-benar terjamin. Faktor teknologi juga tak bisa diabaikan. Semakin banyak perusahaan Jepang, semakin besar peluang Indonesia meningkatkan penguasaan teknologinya. Di luar itu, alasan historis tak bisa dinafikan. Jepang pernah menjajah Indonesia, sehingga secara moril kedua negara punya ikatan emosional sangat kuat. Hubungan emosional sangat penting agar investasi yang masuk tidak bertentangan dengan karakter dan kultur bangsa Indonesia.

Jepang mulai menggeser Singapura sebagai negara nomor satu yang paling banyak berinvestasi di Indonesia. Selama kuartal I-2013, total investasi Jepang di Indonesia mencapai Rp 1,2 miliar atau 16,3% dari total penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 65,5 triliun. Posisi kedua ditempati Amerika Serikat (AS) dengan investasi US$ 900 juta (12,6%).
Posisi ketiga ditempati Korea Selatan sebesar US$ 800 juta (11%), sedangkan Singapura yang sebelumnya berada di urutan pertama turun ke posisi keempat dengan investasi US$ 600 juta (8,7%), disusul Inggris dengan investasi US$ 500 juta (7,7%), dan negara lainnya sebesar US$ 3 miliar (43,7%).Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Chatib Basri mengungkapkan, peningkatan investasi Jepang di Indonesia itu terutama berasal dari produsen otomotif seperti Nissan, Toyota, dan Daihatsu. "Singapura biasanya selalu nomor satu, tapi kali ini Jepang," kata dia di Jakarta, Senin (22/4).

·         Tiga Sektor Perindustrian Indonesia Yang Di Incar Oleh Jepang
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengungkapkan, investor Jepang telah menyadari lebih efisien bila membangun industri terintegrasi di Indonesia "Hal ini keuntungan buat kita karena bisa memperkuat struktur industri di dalam negeri. Dengan masuknya industri komponen ke Indonesia, impor komponen akan turun.“Realisasi investasi PMDN dan PMA berdasarkan 5 besar lokasi proyek, antara lain DKI Jakarta sebesar Rp33,9 triliun (18%), Jawa Barat sebesar Rp24,1 triliun (13,4%), Jawa Tengah sebesar Rp18,5 triliun (10,3%), Jawa Timur sebesar Rp16,3 triliun (9,1 persen) dan Banten sebesar Rp13,9 triliun (7,8%),” ujarnya, Jakarta, Selasa (30/1/2018). Realisasi investasi berdasarkan 5 besar sektor usaha antara lain Listrik, Gas dan Air sebesar Rp24,3 triliun (13,6%), Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi sebesar Rp22,6 triliun (12,6%), Industri Makanan sebesar Rp17,4 triliun (9,7%), Pertambangan sebesar Rp16,4 triliun (9,1 %), dan Tanaman Pangan dan Perkebunan sebesar Rp14,6 triliun (8,1%). Sedangkan untuk 5 besar negara asal PMA antara lain Singapura sebesar USD 2,3 miliar (27,8%); Jepang sebesar USD1,0 miliar (11,9%), Hongkong sebesar US$ 0,8 miliar (9 persen), Korea Selatan sebesar USD 0,7 miliar (7,9%) dan China USD 0,6 miliar (7,5%). Sebelumnya, Tom Lembong mengatakan, capaian realisasi tersebut tidak terlepas dari upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengundang para investor ke dalam negeri. Capaian realisasi investasi tersebut juga memberikan harapan dan optimisme untuk mencapai target realisasi pada tahun 2018 yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp765,0 triliun.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto hari ini menerima kunjungan Japan International Cooperation Agency (JICA) yang diwakili oleh Chief Representative Naoki Ando. Dalam pertemuan singkat itu, pihak JICA memaparkan potensi industri Indonesia yang sangat potensial. Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII), Harjanto mengatakan, JICA menyampaikan maksud ingin meningkatkan daya saing industri Indonesia. Selama ini, kata dia, JICA telah melakukan studi yang berfokus pada tiga sektor industri, yaitu otomotif, elektronik dan industri pengolahan makanan. "Nah tiga sektor ini dianggap bisa menjadi champion lah untuk menggerakkan sektor industri ke depan tentunya dia melihat daya saing kita terhadap beberapa negara ASEAN, terhadap Thailand, Malaysia, Korea dan sebagainya," ujarnya usai bertemu pihak JICA di Kementerian Perindustrian, Rabu 11 Oktober 2017.  Dia mengatakan bahwa dari studi yang dilakukan oleh Jepang ini perlu suatu kebijakan khusus untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia yang perlu dilakukan pemerintah. Hal itu dapat dilakukan dari sisi pemanfaatan peluang dan rantai pasok. "Mereka intinya menyampaikan kepada Pak Menteri bahwa nanti dalam studi ini mereka akan berfikir dalam konteks penerapan industri, pop industrial revolution, yang Industry 4.0 itu. itu melihat kira-kira sektor-sektor apa saja dan industri mana saja yang bisa didorong ke arah sana," ujarnya. Indeks daya saing global RI, sambung Harjanto memang telah meningkat dari peringkat 41 ke 36. Namun, peningkatan ini dirasa belum cukup jika melihat potensi Indonesia yang cukup besar. "Kita harus meningkatkan, me-review beberapa policy dari pada sektor industri ini karena memang untuk me-leverage. Artinya kesiapan kita menghadapi perkembangan dunia manufaktur  yang ada sekarang, persaingan global yang sekarang. Sehingga dengan leverage  yang lebih baik, kita berharap nanti investasi akan datang," tambahnya. (ren)
·         Manufaktur Jepang Di Indonesia
"Dari sisi sektor, 87 persen investasi Jepang sejaktahun 2010 direalisasikan di industri manufaktur dan telah berkontribusi terhadap industrialisasi di Indonesia, menciptakan banyak lapangan kerja, dan mendukung ekspor nasional," katanya. Menurut Franky, sektor industri transportasi mendominasi investasi Jepang sejak 2010-2015 -d'engan nilai mencapai 7,5 mili^fr dolar AS. Disusul industri logam, mesin dan elektronik sebesar 2,4 miliar dolar AS, industri kimia dan farmasi sebesar 871 juta dolar AS, sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran senilai 699 juta dolar AS dan industri makanan senilai 534 juta dolar AS. "Sebenamya masih banyak peluang investasi di sektor industri manufaktur yang diminati oleh investor Jepang di dunia, juga terbuka luas di Indonesia. Misalkan industri hilir migas, industri kimia, industri karet, dan industri alat telekomunikasi," ungkapnya. Lebih lanjut, Franky menyampaikan, saat ini mulai terlihat tren diversifikasi investasi negeri sakura dengan adanya peningkatan sektor perumahan dan kawasan industri yang mengalami peningkatan hingga 700 persen dari realisasi investasi tahun sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA
Admin Kementrian Perindustrian. 2018. Jepang investor nomor satu. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. Dalam http://kemenperin.go.id/artikel/6113/jepang-Investor-Nomor-Satu . Diakses ( 13 Mei 2018)
Hartomo, Giri. 2018. Investasi Terbanyak Indonesia Dikuasai Singapura dan Jepang, Posisi China?. OKEZONE FINANCE. Dalam https://economy.okezone.com/read/2018/01/30/20/1852310/investasi-terbanyak-indonesia-dikuasai-singapura-dan-jepang-posisi-china . Diakses ( 13 Mei 2018).
TIM VIVA. 2017. Jepang Incar Tiga Sektor Investasi di Indonesia. VIVA.co.id. Dalam https://www.viva.co.id/berita/bisnis/965605-jepang-incar-tiga-sektor-investasi-di-indonesia . Diakses ( 13 Mei 2018).
Admin INVESTOR DAILY. 2017. Investor Jepang. INVESTOR DAILY. Dalam http://id.beritasatu.com/tajuk/investor-jepang/167602 . Diakses ( 13 Mei 2018).
Admin Kementrian Perindustrian. 2018. 87% Investasi Jepang ke Industri Manufaktur.  Kementrian Perindustrian Republik Indonesia.. Dalam http://www.kemenperin.go.id/artikel/14146/87-Investasi-Jepang-ke-Industri-Manufaktur . Diakses ( 13 Mei 2018).









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.