TEORI EKONOMI KEYNES
EKONOMI
KEYNESIAN: adalah nama suatu teori ekonomi yang diambil dari John
Maynard Keynes, seorang ekonom Inggris yang hidup antara tahun 1883
sampai 1946. Beliau dikenal sebagai orang pertama yang mampu menjelaskan
secara sederhana penyebab dari Great Depression. Teori ekonominya
berdasarkan atas hipotesis siklus arus uang, yang mengacu pada ide bahwa
peningkatan belanja (konsumsi) dalam suatu perekonomian, akan
meningkatkan pendapatan yang kemudian akan mendorong lebih meningkatnya
lagi belanja dan pendapatan. Teori Keynes ini menelurkan banyak
intervensi kebijakan ekonomi pada era terjadinya Great Depression. http://www.wisegeek.org/what-is-keynesian-economics.htm
Pada Teori Keynes,
konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian akan menjadi
pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang sama. Sehingga
apabila seorang membelanjakan uangnya, ia membantu meningkatkan
pendapatan orang lain. Siklus ini terus berlanjut dan membuat
perekonomian dapat berjalan secara normal. Ketika Great Depression
melanda, masyarakat secara alami bereaksi dengan menahan belanja dan
cenderung menimbun uangnya. Hal ini berdasarkan Teori Keynes akan
mengakibatkan berhentinya siklus perputaran uang dan selanjutnya membuat
perekonomian lumpuh.
Solusi Keynes untuk
menerobos hambatan pereknomian ini adalah dengan campur tangan dari
sektor publik dan pemerintah. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus
campur tangan dalam peningkatan belanja masyarakat, baik dengan cara
meningkatkan suplai uang atau dengan melakukan pembelian barang dan jasa
oleh pemerintah sendiri. Selama terjadi Great Depression, hal ini
bagaimanapun merupakan solusi yang tidak populer. Namun demikian,
belanja pertahanan pemerintah yang dicanangkan oleh Presiden Franklin
Delano Roosevelt membantu pulihnya perekonomian Amerika Serikat.
Aliran Ekonomi
Keynesian, menganjurkan supaya sektor publik ikut campur tangan dalam
meningkatkan perekonomian secara umum, dimana pendapat ini bertentangan
dengan pemikiran ekonomi yang populer saat itu – laizes-faire capitalism (teori kapitalisme).
Kapitalisme murni merupakan teori yang menentang campur tangan sektor
publik dan pemerintah dalam perekonomian. Teori ini percaya bahwa pasar
yang bebas campur tangan akan mencapai keseimbangannya sendiri. Keynes
berpendapat bahwa dalam perekonomian, fihak swasta tidak sepenuhnya
diberikan kekuasaan untuk mengelola perekonomian, karena pada umumnya
seperti yang dikatakan oleh pemikir beraliran sosialis, pihak swasta
bertujuan utama untuk mencari keuntungan untuk dirinya sendiri dan
apabila hal itu dibiarkan maka perekonomian akan menjadi tidak kondusif
secara keseluruhan. Oleh karena itu, agar kegiatan swasta dapat terjamin
berada pada jalur yang tepat, maka harus ada satu otoritas yang
mengendalikan dan mengatur perekonomian tersebut. Otoritas tersebut
tentu saja adalah pemerintah.
Teori Keynes mengecam
kebijakan pemerintah yang terlalu mendorong tabungan dan tidak
mendorong konsumsi. Keynes juga mendukung pendistribusian kekayaan
secara terkendali ketika diperlukan. Teori Keynes kemudian menyimpulkan
bahwa ada alasan pragmatis untuk pendistribusian kemakmuran: jika
segment masyarakat yang lebih miskin diberikan sejumlah uang, mereka
akan cenderung membelanjakannya daripada menyimpannya; yang kemudian
mendorong pertumbuhan ekonomi. Ide pokok dari teori Keynes ini adalah “PERANAN PEMERINTAH” yang
tadinya diharamkan dalam Teori Ekonomi Klasik. John Meynard Keynes
menjelaskan teori ekonominya dalam buku karangannya berjudul “THE GENERAL THEORY OF EMPLOYMENT, INTEREST AND MONEY”
TEORI KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI
PRODUKSI, PENDAPATAN DAN PERMINTAAN ——–> GDP
Pergerakan aktifitas
perkonomian dari tahun ke tahun ditentukan oleh 3 hal yang dalam
perekonomian makro saling berkaitan satu dengan lainnya; yaitu:
Produksi, Pendapatan dan Permintaan. Interaksi ketiganya dapat
dinyatakan sebagai berikut:
-
Perubahan permintaan untuk barang menyebabkan perubahan produksi
-
Perubahan produksi menyebabkan perubahan pendapatan
-
Perubahan pendapatan menyebabkan perubahan permintaan barang
PRODUK DOMESTIK BRUTO (Y)
adalah jumlah nilai seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan pendapatan
nasional dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Dari segi
pendekatan pengeluaran, Pendapatan Nasional adalah jumlah pengeluaran
yang dilakukan oleh seluruh sektor di dalam suatu negara. Sektor-sektor
tersebut adalah sektor rumah tangga, sektor badan usaha, sektor
pemerintahan dan sektor perdagangan internasional. Pengeluaran sektor
rumah tangga dicerminkan oleh konsumsi masyarakat (C), pengeluaran sektor badan usaha dicerminkan oleh investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan (I), pengeluaran sektor pemerintah dicerminkan oleh pengeluaran pemerintahan (G), sedangkan pengeluaran perdagangan dengan luar negeri tercermin dari selisih antara ekspor dan impor Negara yang bersangkutan (X-M).
Analisa Pendapatan Nasional mempunyai 3 pendekatan model perekonomian yaitu:
-
Perekonomian 2 sektor (Rumah Tangga dan Badan Usaha)
Y = C + I
-
Perekonomian 3 sektor (Rumah Tangga, Badan Usaha, Pemerintah)
Y = C + I + G
Jumlah dari C, I dan G mencerminkan pembelian barang dan jasa oleh konsumsi rumah tangga, badan usaha dan pemerintah. Untuk menentukan pembelian barang dan jasa domestik, harus diketahui expor bersih atau net export yaitu dengan mengurangkan Impor dan menambahkan Expor. Impor merupakan pembelian barang dan jasa dari luar negeri oleh konsumen dan perusahaan domestik, dan pemerintah. Ekspor merupakan pembelian barang dan jasa domestik oleh pihak asing.
http://www.docstoc.com/docs/78472550/Contoh-Makalah-Matematika-Ekonomi
Variabel yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan disposabel:
-
Pajak (T)
merupakan variabel yang memperkecil pendapatan disposabel. -
Pembayaran Alihan/Transfer Payment (R)
Pembayaran alihan merupakan pembayaran-pembayaran khusus pemerintah kepada masyarakat yang sifatnya merupakan pembayaran ekstra atau tunjangan, misalnya tunjangan pensiun, tunjangan hari raya, gaji ke-13, dll.
Berdasarkan ada
tidaknya pajak (T) dan pembayaran alihan (R) di dalam perekonomian suatu
negara, besarnya pendapatan disposabel agregat dapat ditulis dalam
kalimat matematis sebagai berikut:
-
Kondisi tidak terdapat pajak dan pembayaran alihan
Yd = Y
-
Kondisi terdapat Pajak (T)
Yd = Y – T -
Kondisi hanya ada pembayaran alihan (Transfer)
Yd = Y + R -
Kondisi terdapat pajak dan pembayaran alihan (Transfer)
Yd = Y – T + R
Pendapatan disposabel merupakan variabel bebas dalam persamaan fungsi konsumsi dan tabungan bukanlah pendapatan nasional.
Persamaan Fungsi Pendapatan adalah:
Yd = C + S
C = Konsumsi Agregat
S = Tabungan Agregat
Yd= Pendapatan disposabel
S = Tabungan Agregat
Yd= Pendapatan disposabel
Berdasarkan keterangan
diatas, maka komposisi Produk Domestik Bruto suatu negara terdiri dari
Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah,
FUNGSI KONSUMSI (C)
Teori Konsumsi Keynes baru muncul pada saat masa Great Depression tahun 1929-1930. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori ini menentang teori lama, yaitu teori ekonomi klasik. Teori ekonomi klasik menganut paham yang dicetuskan oleh J.B. Say, “Supply creates its own demand”, Penawaran menciptakan permintaannya sendiri. Keynes menolak pendapat yang membuat pemerintah yang sebenarnya bisa membenahi dan menghentikan depresi, tidak berbuat apa-apa karena teori ini.
Teori Konsumsi Keynes menyatakan bahwa Teori Konsumsi Keynes baru muncul pada saat masa Great Depression tahun 1929-1930. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori ini menentang teori lama, yaitu teori ekonomi klasik. Teori ekonomi klasik menganut paham yang dicetuskan oleh J.B. Say, “Supply creates its own demand”, Penawaran menciptakan permintaannya sendiri. Keynes menolak pendapat yang membuat pemerintah yang sebenarnya bisa membenahi dan menghentikan depresi, tidak berbuat apa-apa karena teori ini.
Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam perekonomian.Pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol.
Teori Konsumsi Keynes terkenal dengan teori konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) yang pada intinya menjelaskan bahwa konsumsi seseorang dan atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh tingkat pendapatan, kalau ada faktor lain yang juga menentukan, maka menurut Keynes semuanya tidak terlalu berpengaruh.
Teori Konsumsi Keynes didasarkan pada 3 postulat, yaitu:
-
Konsumsi meningkat apabila pendapatan meningkat, akan tetapi besarnya peningkatan konsumsi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan, oleh karenanya adanya batasan dari Keynes sendiri yaitu bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal = MPC (Marginal Propensity to Consume) adalah antara nol dan satu, dan pula besarnya perubahan konsumsi selalu diatas 50% dari besarnya perubahan pendapatan (0,5<MPC<1)
-
Rata-rata kecenderungan mengkonsumsi = APC (Avarage Propensity to Consume). akan turun apabila pendapatan naik, karena peningkatan pendapatan selalu lebih besar daripada peningkatan konsumsi, sehingga sehingga pada setiap naiknya pendapatan pastilah akan memperbesar tabungan. Dengan demikian dapat dibuatkan satu pernyataan lagi bahwa setiap terjadi peningkatan pendapatan maka pastilah rata-rata kecenderungan menabung akan semakin tinggi.
-
Bahwa pendapatan adalah merupakan determinan (faktor penentu utama) dari konsumsi. Faktor lain dianggap tidak berarti.
Keynes menjelaskan
bahwa konsumsi agregat sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel.
Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung dari
tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi,
walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan
konsumsi otonomus. Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi
juga akan meningkat. Hanya saja tidak sebesar peningkatan pendapatan
disposabel.
Fungsi konsumsi Keynes dapat dijabarkan dengan rumus :
C = a + MPC (Yd)
dimana:
C = Konsumsi agregat
a = autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan hidup walaupun pendapatan=0)
Yd = Disposable Income; atau pendapatan yang siap dibelanjakan
Pendapatan disposable menyesuaikan dengan keadaan perekonomian yang dianalisa. Apabila kondisi
perekonomian tidak terdapat pajak dan transfer pemerintah maka Yd = Y. Namun Yd menjadi Y – T ketika dalam
perekonomian terdapat pajak, dan menjadi Y – T + R ketika terdapat pajak dan transfer pemerintah.
MPC = Marginal Prospensity to Consume = angka yang menunjukkan besaran perubahan konsumsi sebagai respon terhadap
kenaikan disposable income. Angka yang dihasilkan dari perubahan konsumsi
dibagi perubahan disposable income karena perubahan konsumsi
a = autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan hidup walaupun pendapatan=0)
Yd = Disposable Income; atau pendapatan yang siap dibelanjakan
Pendapatan disposable menyesuaikan dengan keadaan perekonomian yang dianalisa. Apabila kondisi
perekonomian tidak terdapat pajak dan transfer pemerintah maka Yd = Y. Namun Yd menjadi Y – T ketika dalam
perekonomian terdapat pajak, dan menjadi Y – T + R ketika terdapat pajak dan transfer pemerintah.
MPC = Marginal Prospensity to Consume = angka yang menunjukkan besaran perubahan konsumsi sebagai respon terhadap
kenaikan disposable income. Angka yang dihasilkan dari perubahan konsumsi
dibagi perubahan disposable income karena perubahan konsumsi
Cn = Tingkat konsumsi pada tingkat pendapatan nasional sebesar n
Yn = Tingkat disposable income pada tingkat pendapatan nasional sebesar n
Yn = Tingkat disposable income pada tingkat pendapatan nasional sebesar n
CONTOH PERHITUNGAN:
Suatu negara memiliki data-data sebagai berikut:
Suatu negara memiliki data-data sebagai berikut:
- Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya sebesar Rp. 40 milyar, besarnya konsumsi sebesar Rp. 36 milyar per tahun.
- Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp. 120 milyar per tahun, besarnya konsumsi per tahunnya Rp. 100 milyar.
Y1 = 40 MPC = 60/80 = 0,75
Y2 = 120 APC1 = 36/40 = 0,9
C1 = 36 APC2 = 96/120 = 0,8
C2 = 96
Y2 = 120 APC1 = 36/40 = 0,9
C1 = 36 APC2 = 96/120 = 0,8
C2 = 96
Ada beberapa cara untuk menentukan fungsi konsumsi
dalam persoalan diatas. Salah satunya dengan menggunakan rumus persamaan
garis yang melalui dua titik. Dimana apabila digambarkan dalam diagram,
kondisi perekonomian negara tersebut diatas adalah seperti dibawah ini:
C = a + MPC(Y)
36 = a + 0,75 x 40
a = 36 – 30
a = 6
Fungsi konsumsi negara tersebut : C = 6 + 0,75Y
36 = a + 0,75 x 40
a = 36 – 30
a = 6
Fungsi konsumsi negara tersebut : C = 6 + 0,75Y
Kondisi Breakeven dimana konsumsi sama dengan tingkat pendapatan disposabel:
C = Y
C = 6 + 0,75C
0,25C =6
C = 24
Pada tingkat konsumsi dan pendapatan nasional sebesar 24 miliar tercapai C = Y
Faktor-Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi:C = Y
C = 6 + 0,75C
0,25C =6
C = 24
Pada tingkat konsumsi dan pendapatan nasional sebesar 24 miliar tercapai C = Y
-
TINGKAT PENDAPATAN DAN KEKAYAAN MASYARAKAT; yaitu tingkat pendapatan masyarakat yang dapat digunakan baik untuk konsumsi maupun tabungan, dan fungsi dari ketiganya dapat terbentuk.
-
BUDAYA, GAYA HIDUP, SELERA KONSUMEN; setiap orang memiliki keinginan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya dan mencapai kepuasan. Hal ini mempengaruhi tingkat dan pola konsumsi secara agregat dalam suatu perekonomian.
-
HARGA BARANG DAN JASA; hal ini sangat erat berkaitan dengan elastisitas setiap barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Seberapa besar perubahan harga akan mempengaruhi tingkat permintaan terhadap barang dan jasa tersebut berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
-
TINGKAT PENDIDIKAN; pendidikan membentuk karakter pribadi yang secara agregat akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat dalam suatu negara.
-
JUMLAH PENDUDUK; semakin besar jumlah penduduk suatu negara, semakin besar jumlah konsumsi dan produksi negara tersebut.
-
LINGKUNGAN DAN MEDIA; seberapa besar masyarakat suatu negara atau perekonomian dipengaruhi oleh sikap dan perilaku masyarakat lain disekitarnya. Bagaimana lingkungan mempengaruhi selera masyarakat merupakan satu hal yang sangat mempengaruhi pola konsumsi.
FUNGSI TABUNGAN (S)
Tabungan nasional (national saving)
dapat didefinisikan sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang
tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Dalam
suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan nasional
dan pinjaman dari luar negeri. Total dana yang tersedia untuk membiayai
investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan
pinjaman dari luar negeri (X-M).
Tabungan merupakan
sisa pendapatan yang tidak dibelanjakan oleh konsumen. Menurut Keynes,
besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung
kepada tinggi rendahnya suku bunga. Ia terutama tergantung kepada
besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah
pendapatannya yang diterima oleh suatu rumah tangga, makin besar pula
jumlah tabungan yang akan dilakukan olehnya. Apabila jumlah pendapatan
rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang
cukup besar dalam suku bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang
berarti keatas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga
itu. Ini berarti, menurut pendapat Keynes, jumlah pendapatan yang
diterima rumah tangga-dan bukan suku bunga yang menjadi penentu utama
dari jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga.
Hal ini berbeda
dengan pandangan klasik yang menyatakan bahwa tabungan ditentukan oleh
besarnya bunga dalam perekonomian. Keynes berpendapat bahwa Tabungan
merupakan salah satu sebab seseorang menahan uangnya dan tidak
membelanjakan untuk konsumsi.
Pada fungsi tabungan
(saving) dikenal istilah MPS = Marginal Prospensity to Saving yaitu
perbandingan antara perubahan pendapatan disposabel dengan perubahan
jumlah tabungan.
Sedangkan Avarage Prospensity to Consume APS adalah perbandingan antara tingkat tabungan dengan tingkat pendapatan.
Fungsi Tabungan
adalah semua pendapatan setelah dikurangi dengan konsumsi. Pada
perekonomian yang lebih luas pengurang pendapatan lebih banyak, seperti
pajak dan lain-lain. Fungsi tabungan secara matematis dapat di rumuskan
sebagai berikut:
S = Yd – C dimana
S = Tingkat tabungan agregat
Y = Tingkat pendapatan
C = Tingkat konsumsi
Y = Tingkat pendapatan
C = Tingkat konsumsi
Sementara kita ketahui diatas bahwa C = a + MPC(Yd) maka:
S = Y – (a + MPC(Yd)
S = Y – a – MPC(Yd)
pada perekonomian 2 sektor dimana Yd = Y maka,
S = –a + Y – MPC(Y)
S = Y – a – MPC(Yd)
pada perekonomian 2 sektor dimana Yd = Y maka,
S = –a + Y – MPC(Y)
S = –a + (1 – MPC)Yd
S = Tabungan agregat
a = autonomous Income
MPC = Marginal Propensity to Consume
1—MPC = MPS (Marginal Prospensity to Saving)
Yd = Pendapatan disposable
a = autonomous Income
MPC = Marginal Propensity to Consume
1—MPC = MPS (Marginal Prospensity to Saving)
Yd = Pendapatan disposable
CONTOH PERHITUNGAN:
FUNGSI INVESTASI (I)
Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi agregat
-
Pengaruh Nilai Tukar
Perubahan nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
-
Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang final.
-
Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Menurut Greene dan Pillanueva, tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro. Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.
-
Infrastruktur
Banyak negara di dunia, mengundang investor guna berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. Pembangunan kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis, Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat semakin meningkat.
-
Pemerintah
Pengeluaran pemerintah disini adalah meliputi semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi yang memiliki tujuan untuk mendukung kegiatan roda perekonomian agar berjalan lebih baik dan bersemangat. Peran pemerintah seperti dikemukakan oleh Keynes sering kali diperlukan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian.
Permintaan akan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Jika investasi dilambangkan dengan huruf I dan tingkat bunga dilambangkan dengan huruf i, maka secara umum fungsi permintaan akan investasi dapat dituliskan :I = Investasi
I0 = Investasi otonom
i = Tingkat bunga
p = proporsi I terhadap i
I0 = Investasi otonom
i = Tingkat bunga
p = proporsi I terhadap i
Permintaan akan
investasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Dengan logika
ekonomi hal ini sangat mudah dipahami. Apabila tingkat bunga tinggi,
orang akan lebih senang menyimpan uangnya di bank daripada
menginvestasikannya, sebab hasil harapan (expected return) yang akan
diperoleh dari bunga bank lebih besar daripada hasil harapan yang akan
diterima dari penanaman modal, akibatnya permintaan akan investasi
berkurang. Tingginya bunga mencerminkan pula mahalnya kredit, sehingga
mengurangi gairah investasi dikalangan pengusaha. Hal sebaliknya terjadi
jika tingkat bunga rendah.
FUNGSI IMPOR (S)
Impor suatu negara
merupakan fungsi dari pendapatan nasionalnya, dan cenderung berkorelasi
positif. Semakin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin besar
pula kebutuhan atau hasratnya akan barang-barang dari luar negeri,
sehingga nilai impornya semakin besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
impor antara lain:
-
Kekurangan produksi; suatu negara yang memiliki kebutuhan akan suatu barang dan jasa melebihi kemampuan produksi agregatnya akan melakukan impor barang.
-
Stabilitas harga; suatu perekonomian yang sudah mampu memenuhi kebutuhan sendiri dengan produksi agregatnya, membutuhkan impor ketika terjadi fluktuasi harga pada barang dan jasa tertentu, terutama produk pertanian yang suplainya tergantung pada musim panen.
-
Ongkos produksi; suatu perekonomian yang belum memiliki teknologi dan faktor produksinya terbatas akan mengimpor barang dan jasa karena ongkos produksi apabila diproduksi didalam negeri akan jauh lebih tinggi dari pada impor.
-
Komponen Barang dan Jasa; Suatu perekonomian yang sedang berkembang, memiliki kebutuhan akan impor barang untuk memproduksi suatu barang yang belum semua komponennya dapat dibuat sendiri, sementara barang tersebut sudah menjadi kebutuhan dalam masyarakat perekonomian tersebut.
-
Barang modal; terutama untuk perekonomian yang sedang berkembang, membutuhkan barang-barang modal untuk menghasilkan produk-produk yang menjadi kebutuhan perekonomian tersebut.
Persamaan fungsi impor:
FUNGSI PERMINTAAN UANG
Sebab seseorang menahan uang menurut Keynes adalah:
-
Motif transaksi (transaction motive), motif ini timbul karena uang digunakan untuk melakukan pembayaran secara reguler terhadap transaksi yang dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi ini ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan (MDt = f(Y), artinya semakin besar tingkat pendapatan yang dihasilkan, maka jumlah uang diminta untuk transaksi juga mengalami peningkatan demikian sebaliknya.
-
Motif berjaga-jaga (precautionary motive), selain untuk membiayai transaksi, maka uang diminta pula oleh masyarakat untuk keperluan di masa mendatang yang sifatnya berjaga-jaga. Besarnya permintaan uang untuk berjaga-jaga ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan pula. Semakin besar tingkat pendapatan permintaan uang untuk berjaga-jaga pun semakin besar. MDp = f(Y).
-
Motif spekulasi (speculation motive), pada suatu sistem ekonomi modern diman lembaga keuangan masyarakat sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat mendorong masyarakatnya untuk menggunakan uangnya bagi kegiatan spekulasi, yaitu disimpan atau digunakan untuk membeli surat-surat berharga, seperti obligasi pemerintah, saham, atau instrumen lainnya. Faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan uang dengan motif ini adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat berharga, ataupun capital gain, fungsi permintaannya adalah MDs = f(i).
ANALISIS IS—LM
Kurva IS
adalah kurva yang menunjukkan keseimbangan antara pendapatan nasional
dan tingkat bunga di pasar barang. Untuk model perekonomian sederhana
(dua sektor), persamaan kurva IS dapat dibentuk dengan menyamakan
persamaan investasi (I) terhadap persamaan tabungan (S).
CONTOH
Suatu perekonomian memiliki fungsi konsumsi C = 500 + 0,8Y dan fungsi investasi I = 2000 – 5000i
fungsi tabungan dengan C = 500 + 0,8Y adalah S = -500 + 0,2Y dan fungsi I = 2000 – 5000i
I = S
2000 – 5000i = –500 + 0,20Y
2500 – 5000i = 0,20Y
Y = 12.500 – 25.000i
2000 – 5000i = –500 + 0,20Y
2500 – 5000i = 0,20Y
Y = 12.500 – 25.000i
DAFTAR PUSTAKA :
https://wijayanomics.wordpress.com/2013/03/29/teori-ekonomi-keynes/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.