.

Selasa, 21 Maret 2017

Teori Ordinal, Untuk Hasil Yang Berkualitas



@B05-Alif

A. ABSTRAK

Pasar secara konkret adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual. Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar lebih dititikberatkan pada kegiatan jual belinya.
Pasar dapat terbentuk di mana saja dan kapan saja dan juga, pasar merupakan Wadah Dimana para pelaku usaha UMKM atau berskala besar memasarkan produk atau jasanya. Sebelum melakukan itu biasa para pelaku usaha selalu memikirkan strategi dari awal bagaimana ia akan memperlakukan atau bagaimana ia bisa membuat sebuah pendekatan produk atau jasa kepada konsumennnya dan menciptakan suatu perilaku sikap yang berbeda-beda pada konsumennya. Ada 2 cara, diantaranya dengan cara menggunakan teori kardinal yang mana dengan mengedepankan kuantitatifnya dan juga dengan cara teori ordinal yang mana dengan dengan cara mengedepankan kualitatifnya. Kedua teori tersebut memiliki “ meaning “ yang berbeda kepada konsumennya

KATA KUNCI : PASAR , Teori Ordinal .

B. LATAR BELAKANG

Setiap individu ataupun rumah tangga pasti mempunyai perkiraan tentang berapa pendapatanya dalam suatu periode tertentu, misalkan satu tahun. Dan mereka juga pasti mempunyai suatu gambaran tentang barang - barang atau jasa - jasa apa saja yang akan mereka beli. Tugas setiap rumah tangga adalah bagaimana mereka bisa memaksimalkan pendapatan mereka yang terbatas untuk mendapatkan dan memenuhi semua kebutuhan sehingga bisa mencapai kesejahteraan. Tapi ternyata hampir tidak satupun individu atau rumah tangga yang berhasil dalam tugasnya tersebut. Sampai pada tingkat tertentu, kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya keterangan - keterangan yang tidak tepat dan ada juga alasan - alasan lain seperti pembelian - pembelian secara impulsif. Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum dengan pendapatan yang terbatas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk menganalisa pembentukan permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan digunakan beberapa asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi. Disini kita akan mempelajari tentang teori nilai guna ( utility ). Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang keperluannya.

C. PENJELASAN

1. Teori Prilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari,menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap untuk memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas, seperti : uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan demi kepuasan mereka.
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Untuk memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi. Hasilnya berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap perilaku konsumen: psikologis, pribadi, sosial, dan budaya (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366)

a. Pengaruh psikologis mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.
b. Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.
c. Pengaruh sosial mencakup keluarga, pendapat pemimpin (orang yang pendapatnya diterima oleh orang lain), dan kelompok referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan rekan seprofesi.
d. Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara hidup” yang membedakan satu kelompok besar dengan kelompok lainya), subkultur (kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis yang memilliki nilai-nilai bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat budaya menurut kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan.

Walaupun seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk faktor-faktor itu terhadap pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat lemah atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen, misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk karena mereka puas atas kinerja merek produk itu.

3. Pendekatan Konsumen Ordinal

Pendekatan konsumen Ordinal (Indifference) adalah pendekatan yang daya guna suatu barangtidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuaturutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah:
· Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya
· Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering
· Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.

 Kurva Indiferen (Indifference Curve)
Kurva indiferen adalah kurva yang menggambarkan kombinasi beberapa barang yang sama-sama disukai oleh konsumen, yaitu tidak ada pilihan untuk satu kombinasi dengan barang lain karena semuanya memiliki tingkat utilitas yang sama (atau jumlah utilitas yang sama) untuk konsumen.

Ciri-ciri Indifference Curve, sebagai berikut:
  • Turun dari kiri atas ke kanan bawah.
  • Cembung ke arah origin. 
  • Indifference Curve yang satu dengan lainnya tidak pernah saling memotong. 
  • Indifference Curve yang terletak di sebelah kanan atas menunjukan tingkat keupasan yang lebih tinggi dan sebaliknya.
Jika digambarkan dalam kurva, diperoleh kurva indiferen sebagai berikut.

Kurva Indiferen
Kurva 2. Kurva Indiferen.
( Kurva 2.) merupakan salah satu dari berbagai kemungkinan yang tak terhitung banyaknya. Pembuatan tabel dan kurva semacam ini dapat diulang sebanyak yang diperlukan. Misalnya, Anda dapat membuat tabel dan kurva yang menggambarkan kombinasi barang yang memberikan tingkat utilitas yang lebih besar kepada konsumen. Dalam hal ini, asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat utilitas yang lebih tinggi dengan menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang. Penambahan konsumsi kedua barang tersebut akan menyebabkan pergeseran ke kanan atas. Hal ini, kurva indiferen akan semakin jauh dari titik nol. Dengan kata lain, semakin jauh kurva indiferen dari titik nol, semakin tinggi tingkat utilitas yang diberikan oleh kombinasi kedua barang. Himpunan dari beberapa kurva indiferen dinamakan peta indiferen (indifference map).
Sebagai contoh, ( Kurva 3.) memperlihatkan kurva indiferen yang dikembangkan dari Kurva 2.2, yaitu sebagai berikut.

Peta Indiferen
Kurva 3. Peta Indiferen.
  

Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dari satu kepuasan.

D. KESIMPULAN

Dengan menggunakan teori ordinal untuk pendekatan terhadap perilaku konsumen terbukti memang penting pula untuk diterapkan karna dengan teori ini para pelaku usaha bisa mencapai optimalisasi usahanya dengan tidak cara-cara yang akan menurunkan kredibilitasnya,dan apabila dilihat-lihat teori ini hampir mirip dengan konsep yang namanya Value For Money

Sumber :



http://www.enciety.co/cerdas-membidik-target-pasar-bagi-pelaku-usaha/ ( diakses pada 19/3/2017 )
http://lakha702.blogspot.co.id/2014/09/makalah-pendekatan-kosumen-secara.html ( diakses pada 20/3/2017 )
http://twiinly.blogspot.co.id/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html ( diakses pada 20/3/2017 )
http://bostol.xyz/TMPH00028/5.html ( diakses pada 20/3/2017 )
http://rsenoaji.blogspot.co.id/2011/01/emplementasi-konsep-value-for-money.html ( diakses pada 21/3/2017 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.