.

Senin, 20 Maret 2017

Meroketnya Permintaan Kendaraan Roda Dua Di Indonesia





Oleh: Ari mustofa @A06-ARI


Indonesia semakin kokoh menguasai pasar motor Asean hingga Oktober 2014, yakni mencapai 73,2 persen. Pangsa pasar Indonesia meningkat dibandingkan posisi Oktober 2013 yang sebesar 70 persen. Thailand mengekor di peringkat kedua, dengan pangsa pasar 15,8 persen. Disusul kemudian Filipina 9 persen, Malaysia 4 persen, dan Singapura tak sampai 1 persen. Secara umum, selisih penjualan dengan tingkat produksi tidak terlalu jauh. Indonesia masih menjadi produsen terbesar dengan tingkap produksi mencapai 6,7 juta unit. Kemudian Thailand 1,5 juta unit, Filipina 612.444 unit, dan Malaysia 371.394 unit.
Menurut Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Gunadi Shindhuwinata, jumlah sepeda motor di Indonesia saat ini sebanyak 85 juta unit. "Saat ini populasi sepeda motor di Indonesia 85 juta unit. Dari jumlah masyarakat Indonesia yang sekira 250 jutaan, artinya satu banding tiga," kata Gunadi kepada VIVA.co.id, di Kelapa Gading, Jakarta Utara, baru-baru ini. Menurutnya, sepeda motor diminati masyarakat Indonesia karena harganya yang terjangkau ketimbang membeli sebuah mobil. Fenomena lainnya yang membuat penjualan sepeda motor moncer, adalah transportasi publik di Tanah Air yang dinilai banyak orang 'bermasalah'. Kondisi tersebut justru bertolak belakang dengan penjualan motor di negara produsennya, seperti Amerika Serikat, dan Jepang, di mana, masyarakatnya lebih pilih naik angkutan publik.
Namun dengan pesatnya pertumbuhan sepeda motor, permasalahan sosial kerap muncul  di tengah semakin rumitnya masalah Ibu Kota Jakarta. Masalah utama yang sering mengemuka adalah rendahnya kesadaran berkendaraan di kalangan pengguna sepeda motor. Banyak aturan-aturan lalu lintas yang diabaikan oleh pengendara roda dua tersebut, sehingga sikap ini seringkali mengganggu kenyamanan sesama pengguna jalan. Sikap ugal-ugalan dan seenaknya sendiri dari pengemudi sepeda motor kerap kita jumpai di jalan raya. Akibatnya, berbagai gesekan, konflik dan ketegangan di jalan sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Masalah lain yang ditimbulkan oleh perilaku pengendara sepeda motor adalah kecenderungan menyerobot trotoar jalan.  Meski trotoar di Jakarta tak tertata seperti di negara-negara lain, trotoar masih berfungsi dan bermanfaat bagi pejalan kaki. Kehadiran sepeda motor yang sering menyabotase ruang-ruang sempit di sisi jalan sungguh merugikan dan membahayakan pejalan kaki. Sering kita saksikan bagaimana pejalan kaki harus memberi jalan bagi sepeda motor yang memanfaatkan trotoar ketika jalan utama penuh sesak.
 Jika tak hati-hati, bukan tidak mungkin pejalan kaki bisa mengalami cidera akibat diserempet sepeda motor. Kenyamanan dan keamanan yang seharusnya dinikmati pejalan kaki telah tergerus dengan kehadiran sepeda motor yang semakin merajalela. Tingginya angka kecelakaan sepeda motor juga menjadi masalah serius yang muncul bersamaan dengan membengkaknya jumlah kendaraan roda dua tersebut dalam beberapa tahun belakangan ini. Data Polda Metro Jaya menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan yang terjadi pada sepeda motor paling tinggi di antara kendaraan jenis lain. Selama Januari hingga Oktober 2011, kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor sebanyak 62%. Padahal kecelakaan yang dialami mobil pribadi hanya sebesar 18%. Disusul oleh kendaraan angkutan barang sekitar 11% dan angkutan umum sebanyak 8%. Dengan proporsi tersebut, maka jika hitungan rata-rata 22 kasus kecelakaan dan 3 orang tewas per hari, kita tentu bisa menyimpulkan bahwa sepeda motor adalah kendaraan yang paling membahayakan dan paling banyak merenggut nyawa.
Salah satu penyebab utama mengapa masyarakat memilih kendaraan roda dua tidak lain karena masih buruknya layanan transportasi publik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bus umum, angkutan kota, metromini dan Kopaja telah gagal memberikan layanan transportasi kepada masyarakat menurut standar keamanan dan kenyamanan yang berlaku. Tidak hanya kualitas kendaraan yang nyaris tak terkontrol, tetapi juga pengaturan jadwal keberangkatan dan kedatangan yang tak beraturan. Akibatnya, penumpang tak merasa nyaman dan tak bisa memprediksi waktu tempuh ketika bepergian dengan transportasi umum. Kerugian waktu dan tenaga dalam hal ini menjadi tak terhindarkan. Belum lagi isu keamanan yang sering dikeluhkan masyarakat pengguna angkutan umum. Tidak jarang kasus kekerasaan hadir di dalam kendaraan umum. Mulai dari pencopetan, penjambretan, penodongan dan pelecehan seksual. Walaupun tidak ada angka pasti kejahatan yang terjadi di dalam kendaraan umum, kebanyakan masyarakat Jakarta sudah mafhum soal ini. Kasus pemerkosaan yang belakangan terjadi di sejumlah angkutan kota bahkan telah membuat banyak wanita trauma untuk menggunakan jasa angkutan umum.

DAFTAR PUSTAKA







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.