ABSTRAK
Pengeluaran pemerintah
mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu
kebijakan untuk membeli barang dan jasa, penegeluaran pemerintah mencerminkan
biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan
tersebut.
Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dll. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang. Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dsb.
Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dll. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang. Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dsb.
Kata kunci: pengeluaran, GNP, pemerintah
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan
merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. (Tambunan, 2003).
Salah satu teori dari pertumbuhan ekonomi yang
digunakan oleh para ekonom diantaranya adalah Teori Pertumbuhan Neo klasik (Neo
Classic Growth Theory) yang dikembangkan oleh Solow (1956) yang memfokuskan
pada akumulasi stok barang modal dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat
untuk menabung atau melakukan investasi dengan asumsi tingkat teknologi,
depresiasi dan pertambahan penduduk (tenaga kerja) konstan dan tidak ada sektor
pemerintah dan perdagangan luar negeri. (Rahardja dan Manurung, 2001).
Sedangkan menurut Teori Modern, faktor-faktor produksi
yang krusial tidak hanya tenaga kerja dan modal, tetapi juga perubahan
teknologi (yang terkandung di dalam barang modal atau mesin), kewirausahaan,
bahan baku dan material. Selain itu, faktor-faktor lain yang oleh Teori Modern
juga dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
ketersediaan dan kondisi infrastruktur, hukum serta peraturan, stabilitas
politik kebijakan pemerintah (yang antara lain dicerminkan oleh besarnya
pengeluaran pemerintah), birokrasi dan dasar tukar internasional (terms of
trade; ToT).
Pentingnya faktor-faktor ini terhadap pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat dari kasus negara-negara di Afrika, terutama Sub - Sahara
Afrika. Menurut studi yang ada
(Aschaver, 2000) serta beberapa peneliti lainnya bahwa, terhentinya pembangunan
ekonomi di negara-negara tersebut disebabkan antara lain oleh kualitas L
(tenaga kerja) yang sangat rendah, politik yang tidak stabil, peperangan,
defisit keuangan pemerintah dan keterbatasan infrastruktur. (Tambunan, 2003).
PEMBAHASAN
Macam-macam Pengeluaran
Negara
Suparmoko (1984)
menjelaskan bahwa pengeluaran negara dapat ditinjau dari berbagai segi sebagai
berikut.
1. Pengeluaran merupakan
investasi, yaitu yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi pada masa yang
akan datang.
2. Pengeluaran yang secara
langsung dapat memberikan kegembiraan dan kesejahteraan kepada masyarakat.
3. Pengeluaran yang merupakan
penghematan untuk pengeluaran yang akan datang.
4. Pengeluaran untuk
menyediakan kesempatan kerja yang lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang
lebih luas.
Dari tinjauannya
tersebut, jenis pengeluaran dikelompokkan berdasarkan macam-macam sebagai
berikut.
1. Pengeluaran yang
sebagian atau seluruhnya bersifat self liquiditing, yaitu
pengeluaran yang mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima
barang-barang/jasa-jasa yang diberikan pemerintah. Misalnya, pengeluaran untuk
jasa-jasa perusahaan negara atau proyek-proyek produktif barang ekspor.
2. Pengeluaran yang
reproduktif, yaitu pengeluaran yang mewujudkan keuntungan-keuntungan secara
ekonomis bagi masyarakat sehingga mampu meningkatkan penghasilan masyarakat,
yang kemudian dengan memfungsikan pajak pada akhirnya akan dapat menaikkan
penerimaan negara.
3. Pengeluaran yang
tidak self liquiditing, dan tidak produktif, yaitu pengeluaran yang
dapat langsung menghibur atau kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat, antara
lain bidang-bidang rekrasi, pendirian monumen, objek turisme, dan
sebagainya. Pengadaan objek-objek tadi dapat pula menaikkan
pendapatan nasional sebagai akibat dari jasa objek tersebut.
4. Pengeluaran yang secara
langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan, misalnya biaya untuk
pembiayaan pertahanan/perang, meskipun pada saat pengeluaranya penghasilan
perorangan yang menerimanya akan naik.
5. Pengeluaran yang
merupakan penghematan untuk masa yang akan datang, misalnya pengeluaran untuk
anak yatim. Jika hal ini tidak dilakukan lebih dini, kebutuhan pemeliharaan
(pendidikan dan kesejahteraan) anak-anak yatim itu akan lebih besar pada usia
tua.
Jenis Pengeluaran
Perkembangan teknologi
di berbagai bidang dan kemajuan budaya dan hubungan sosial manusia di dunia
merupakan faktor pendorong peningkatan kebutuhan manusia, sehingga meningkatkan
kegiatan bisnis dan peran pemerintah di masing-masing negara untuk
memfasilitasinya.
Peran pemerintah yang
semakin meluas tersebut mengakibatkan semakin besarnya dana yang harus
disediakan untuk membiayai pengeluaran berbagai aktivitasnya. Pengeluaran
pemerintah tersebut ada yang bersifat pengeluaran langsung (exhautive
expenditure) dan ada yang bersifat pemindahan (transfer).
Pengeluaran yang
bersifat peneluaran langsung (exhaustive expenditure) adalahpengeluaran
yang ditujukan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung dapat
dikonsumsi dan barang-barang lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan
kembali barang yang lainnya. Misalnya, pembellian barang-barang berupa
bahan makanan, sandang, bangunan, dan konstruksi lainnya, mesin-mesin,
peralatan dan berbagai perlengkapan, serta jasa-jasa konsultan dan keahlian
tertentu yang diproduksi perusahaan swasta maupun perusahaan milik
negara/daerah.
Pengeluaran bersifat
transfer (transfer payment) adalah penegluaran dalam bentuk
pemindahan uang kepada masyarakat untuk kepentingan sosial atau kepada
perusahaan-perusahaan dalam bentuk subsidi. Pemindahan ini
dapat diartikan sebagai penggeseran daya beli dari negara kepada masyarakat
untuk membantu kemampuannya dalam memperoleh barang –barang atau jasa-jasa yang
diperlukan.
Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah Terhadap Perekonomian
Ada beberapa sektor
perekonomian yang terpengaruh karena pengeluaran negara seperti sektor
produksi, distribusi, konsumsi masyarakat dan keseimbangan perekonomian.
1. Produksi
Pengeluaran negara, secara langsung atau
tidak langsung akan memengaruhi sektor produksi. Pengeluaran pemerintah juga
dapat dikatakan sebagai faktor produksi lainnya di samping faktor-faktor
produksi lainnya yang berupa alam, modal, tenaga kerja dan manajemen (entrepreneur)
karena pengeluaran pemerintah dapat menunjang tersedianya faktor-faktor
produksi tersebut. Misalnya saja, pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan
dan pelatihan akan menigkatkan potensi sumberdaya manusia yang terdidik. Sumber
daya manusia itu memperbesar faktor produksi yang berupa tenaga kerja yang
dapat dimanfaatkan oleh sektor produksi. Pengeluaran pemerintah untuk fasilitas
bidang keuangan akan mendorong kemudahan akses terhadap modal untuk produksi.
Pengeluaran pemerintah secara langsung untuk pembelian barang-barang dan
jasa-jasa juga berpengaruh terhadap kontinuitas produksi para produsen.
Dalam hal ini, Jhon F. Due (1968)
menyebutkan bahwa pemerintah dapat memengaruhi tingkat GNP (Gross National
Product) nyata dengan mengubah berbagai faktor yang dapat dipakai dalam
produksi, melaluli program-program pengeluaran, misalnya pendidikan. Juga
melalui program-program pembiayaannya yang dapat mengubah kesediaan para
pemilik faktor untuk menyediakan faktor-faktor tersebut.
2. Distribusi
Pengeluaran negara, secara langsung atau
tidak langsung akan berpengaruh terhadap distribusi barang dan jasa. Ambil
contoh hasil dari pengeluaran anggaran untuk membiayaai fasilitas pendidikan,
paling tidak akan menambah keterampilan sejumlah orang sehingga akan menjadi
tenaga yang berpenghasilan relativ baik dan berdaya beli baik. Demikian pula
subsidi yang dikeluarkan pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa akan
mempermudah masyarakat yang berdaya beli rendah menjadi mudah untuk memperoleh
barang dan jasa tertentu.
Jhon F. Due menyebutkan bahwa pemerintah
dapat memengaruhi pola distribusi pendapatan riil melalui penyediaan
keuntungan-keuntungan di satu pihak, dan pengurangan pendapatan riil dari
sektor swasta di lain pihak, yang hasil akhirnya adalah satu pola pendapatan
yang lain daripada bila tidak ikut campur tangan pemerintah.
3. Konsumsi
Secara langsung atau tidak langsung,
pengeluaran pemerintah dapat mengubah atau memperbaiki pola dan tingkat
konsumen masyarakat terhadap barangn-barang dan jasa-jasa yang disediakan
langsung oleh pemerintah maupun mekanisme pasar. Misalnya penambahan penyediaan
barang yang bersifat kolektif maupun barang-barang lain yang harganya disubsidi
oleh pemerintah.
Berkaitan dengan konsumsi, Jhon. F. Due
melihatnya dari sisi efek alokasi anggaran dan efesiensi. Pemerintah
mengalokasikan kembali sumber-sumber ekonomi dari berbagai barang ke
barang-barang /jasa-jasa lainnya dengan memproduksi barang umum dan
barang-barang/jasa-jasa yang mengandung keuntungan eksternal. Kegiatan
pemindahan ini mengubah alokasi dari sumber-sumber ekonomi karena masing-masing
para pemberi dan penerima mempunyai pola pengeluaran yang berlainan.
Pajak-pajak yang dipakai untuk membiayai kegiatan-kegiatan tersebut dapat
mengakibatkan realokasi dari sumber-sumber ekonomi. Pemerintah dapat
memengaruhi efesiensi dalam perilaku masyarakat dalam kegiatan ekonomi.
4. Keseimbangan
Perekonomian
Dalam kebijakan fiskalnya pemerintah dapat
memperbaiki dan memelihara keseimbangan perekonomian dan meningkatkan
pendapatan nasionalnya melalui target peningkatan PDB. Kebijakan fiskal itu
dapat berupa pelaksanaan kebijakan surplus anggaran (surplus budget),
defisit anggaran (deficit budget/deficit spending) kompensasi (compensatory),
investasi umum (public investment) tergantung pada situasi ekonomi yang
dihadapi atau iklim ekonomi yang diinginkan.
Berkaitan dengan masalah perekonomian,
Jhon F. Due melihat dari efek terhadap stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi.
Dinyatakannya bahwa program-program pengeluaran serta pembiayaan akan dapat
memengaruhi tingkat pencapaian full-employment dengan mengubah
pengeluaran total dalam perekonomian, dan karenanya mengubah GNP.
Program-program tersebut dapat juga memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.
Penyebab Peningkatan
Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pembiayaan
merupakan suatu bentuk pengeluaran uang dari rekening kas umum daerah yang pada
suatu saat akan diterima kembali, sedangkan belanja adalah pengeluaran uang
dari rekening kas umum negara/daerah yang tidak akan diterima kembali.
1. Pembiayaan
a. Pembiayaan pertahanan
dan keamanan
Untuk memelihara pertahanan negara,
pemerintah memerlukan berbagai peralatan seperti senjata-senjata muktahir dan
amunisi, tank, armada perang, seperti pesawat tempur dan pengangkut militer,
kapal-kapal tempur laut, alat komunikasi militer, dan berbagai perlengkapannya.
b. Pembiayaan migrasi
penduduk
Perpindahan masyarakat dari desa ke kota
(urbanisasi) seringkali menyebabkan pemerintah harus memperbesar pengadaan
barang-barang publik dan memfasilitasi kesempatan kerja di kota, sehingga
diperlukan dana yang lebih besar untuk menanggulangi dampak urbanisasi.
c. Pembiayaan politik
Pengeluaran yang paling utama adalah untuk
membiayaai pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan pembinaan politik
terbuka, bantuan kampanye politik, pemungutan suara dan musyawarah-musyawarah
di dewan perwakilan.
d. Pembiayaan diplomasi
internasional
Untuk menjaga hubungan dengan negara-negara lain, pembukaan perwakilan
diplomatik di negara-negara tetangga dan negara-negara sahabat lainnya tidak
dapat dihindarkan. Pembayaran untuk gaji dan honor pegawai perwakilan serta
pembiayaan berbagai kegiatan diplomasi di bidang politik maupun ekonomi
memerlukan biaya yang besar, yang harus ditanggung oleh pemerintah.
e. Pembiayaan pendidikan,
kebudayaan dan kesehatan
Untuk membangun sumber daya manusia yang
terampil, tangguh dan berdaya saing memerlukan pembangunan fasilitas pendidikan
yang baik yang tentu saja memerlukan biaya yang besar. Sekarang dicanangkan
biaya pendidikan sekitar 20% dari jumlah keseluruhan pengeluaran negara.
Demikian juga untuk pemeliharaan budaya dan pengembangannya menjadi masyarakat
yang lebih modern dan pemeliharaan kesehatan masyarakat diperlukan
biaya yang besar.
f. Pembiayaan untuk ganti
rugi
Pengambilan aset milik masyarakat untuk
kepentingan negara tidak dapat dilakukan begitu saja. Pemerintah harus
menyediakan dana yang besar untuk ganti rugi.
g. Pembiayaan kebangkrutan
usaha
Kebangkrutan usaha milik pemerintah
pusat/daerah atau kebangkrutan usaha bidang keuangan seperti bank, selama
pemerintah masih memeberikan jaminan penuh atas jumlah penyertaan atau
deposito/tabungan, maka akan mengakibatkan pemerintah harus menyediakan dana
untuk menjamin kerugian yang diderita masyarakat.
h. Pembiayaan infrastruktur
Untuk menunjang kelancaran ekonomi di berbagai
bidang, dari waktu ke waktu pemerintah harus melakukan banyak pembangunan
infrastruktur, sehingga untuk kepentingan itu pemerintah harus selalu
mengalokasikan dananya.
2. Belanja pemerintah
Berdasarkan jenisnya, belanja pemerintah
dapat dibedakan menjadi:
a. Wasteful Spending
Kondisi dimana belanja pemerintah
memberikan manfaat yang lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Apabila pemerintah mengeluarkan biaya sebesar Rp 1 miliar untuk transportasi
umum ternyata kemudian manfaatnya hnya sebesar Rp 700 juta, maka dikatakan
bahwa terjadi ‘Wasteful Spending’sebesar Rp 300 juta.
b. Productive Spending
Apabila dari belanja pemerintah memberikan
manfaat yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Contohnya adalah
pembangunan jembatan umum yang membutuhkan biaya sebesar Rp 500 juta, ternyata
kemudian memberikan manfaat sebesar Rp 900 juta. Hal ini berarti terjadi ‘Productive
Spending’ Rp 400 juta.
c. Transfer Payment
Yaitu apabila jumlah manfaat yang diterima
dan biaya yang dikeluarkan sama besarnya. Misalnya, pemerintah mengenakan pajak
untuk menolong korban bencana alam yang disalurkan melalui Palang Merah
Indonesia (PMI), dimana PMI menerima dana sebesar jumlah pajak yang ditarik
pemerintah tersebut.[6]
Menurut sifatnya, belanja negara dapat
dibedakan menjadi:
a. Temporary Spending: yaitu pembiayaan yang
hanya dilakukan untuk satu kali waktu saja. Contohnya yaitu pengeluaran untuk
pembangunan jalan raya, jembatan dan lainnya.
b. Permanent Spending: yaitu pembiayaan yang
dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus dalam periode tertentu.
Contohnya yaitu biaya untuk pemeliharaan jalan raya yang harus dikeluarkan
setiap tahunnya.
Pengeluaran Negara
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) Indonesia, pengeluaran
negara/pemerintah (goverment expenditure) dibedakan menjadi dua, yaitu
pengeluaran yang dimasukkan sebagai kelompok belanja dan pengeluaran yang
dimasukkan sebagai kelompok pengeluaran pembiayaan.
1. Belanja negara
a. Belanja pemerintah pusat
1. Pengeluaran rutin
2. Pengeluaran pembangunan
b. Dana yang dialokasikan ke daerah
1. Dana perimbangan
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
/Penyesuaian Belanja Operasi dan Belanja Modal.
2. Pengeluaran pembiayaan
a. Pengeluaran Obligasi Pemerintah
b. Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
c. Pembayaran lain-lain.
Secara umum, Indonesia termasuk negara berkembang, terutama jika dilihat
dari sudut pandang kemampuan ekonomi masyarakat. Sebagai parameter, pendapatan
perkapita Indonesia (USD 1.604) masih berada di bawah rata-rata negara-negara
ASEAN (USD 1.890) pada tahun 2007. Namun ini bukan berarti secara mutlak bahwa
Indonesia, dari sudut pandang teori pengeluaran, dipastikan berada pada tahap
awal perkembangan ekonomi.
Teori pengeluaran negara Musgrave dan Rostow lebih menekankan pada proporsi
belanja suatu negara dalam memandang perkembangan ekonomi. Tahap perkembangan
ekonomi lebih dinilai dari pertanyaan apa saja sektor yang dijadikan prioritas
oleh pemerintah dalam menetapkan kebijakan belanja pemerintah. Dari situ akan
terlihat perbedaan arah pembangunan sebuah negara. Negara pada tahap awal
perkembangan, karena masih minim infrastruktur, tentu akan lebih menekankan
anggaran negara untuk investasi modal yang lebih bersifat starting development,
seperti pembangunan gedung perkantoran daerah, gedung pendidikan, pasar, jalan
umum, maupun gedung pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, masyarakat masih
bergantung pada peran sentral pemerintah dalam lalu lintas pemenuhan kebutuhan
dan peran swasta masih belum begitu dirasakan. Hal ini bisa berarti sektor
swasta masih memulai investasi atau sudah relatif lama berdiri namun belum
berkembang sehingga belum dominan dalam sistem perekonomian.
Pada tahap lanjut ekonomi, dijelaskan oleh Musgrave dan Rostow bahwa
pengeluaran negara lebih bersifat meningkatkan mutu layanan dan kesejahteraan
masyarakat. Misalnya, pemanfaatan teknologi mutakhir dalam pelayanan kesehatan.
Bisa juga dengan meningkatkan standar pendidikan menuju ruang lingkup yang
lebih luas, seperti Sekolah Bertaraf Internasional. Muncul juga kebutuhan baru
akan adanya program perawatan lingkungan maupun penyediaan sarana rekreasi
masyarakat. Yang jelas, pemerintah tidak lagi memfokuskan anggaran untuk
pembangunan gedung dan pengadaan prasarana. Adapun kebijakan yang menyinggung
fasilitas pemerintah lebih bersifat memperbaharui dan memelihara.
Indonesia memiliki wilayah negara yang amat luas. Tidak mudah
mengklasifikasikan Indonesia termasuk negara dalam tahap awal perkembangan
ekonomi, tahap menengah, atau tahap lanjut pembangunan ekonomi. Ini disebabkan
adanya perbedaan kemajuan pembangunan yang cukup signifikan di masing-masing
wilayah. Ini juga menyangkut tingkat kemajuan pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat. Tidak adil jika Pulau Jawa dijadikan standar kemajuan negara dengan
alasan disitu berdiri Ibukota Negara Indonesia atau terpadat penduduknya. Tapi
terlalu naif juga jika kemajuan Indonesia diukur dari perkembangan Pulau Papua.
Jika kita jadikan kebijakan pemerintah di Pulau Jawa sebagai acuan, maka
Indonesia bisa dikategorikan sebagai negara pada tahap lanjut pembangunan
ekonomi. Namun sebaliknya yang akan terjadi jika kita menggunakan pulau-pulau
yang berada di ujung nusantara, seperti pulau Papua, Maluku, atau Nusa Tenggara
sebaga tolak ukur. Pada wilayah tersebut, pembangunan masih sangat minim
sehingga bisa dikategorikan bahwa negara masih berada pada tahap awal
perkembangan ekonomi.
Namun sebagai standar, perkembangan ekonomi sebuah negara lebih tepat jika
dinilai dari kebijakan pemerintah pusat yang merupakan kebijakan umum suatu
negara. Di Indonesia, pengeluaran negara secara konstitusional tercermin dalam
APBN dan APBD.
Kesimpulan
Pengeluaran ada yang bersifat langsung ada yang bersifat pemindahan.
Pengeluaran pemerintah dapat berpengaruh pada beberapa sektor yaitu sektor
produksi, distribusi, konsumsi masyarakat dan keseimbangan perekonomian.
Penyebab peningkatan pengeluaran pemerintah ada dua yaitu bentuk pembiayaan
dan belanja pemerintah.
Daftar Pustaka
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2001. Teori Ekonomi Makro; Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tambunan, Tulus. 2003.
Perekonomian Indonesia; Beberapa Masalah
Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia.
A. Karim, Adiwarman. 2010. Ekonomi Makro Islam.
Jakarta: Rajawali Pers. Edisi Kedua.
S.R., Ani. 2010. Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suparmoko. 2000. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.