.

Sabtu, 08 Juli 2017

FAKTOR DAN RESIKO BERINVESTASI DI INDONESIA

OLEH : NAJIB PASSSA AZHARI

Tren Investasi Di Indonesia Dan Faktor Yang Mempengaruhinya 
Investasi memegang peranan penting dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Investasi dapat dilakukan oleh pemerintah melalui Anggaran Pembiayaan Pembangunan dan investasi swasta/masyarakat. Investasi yang dilaksanakan pemerintah terutama untuk mendorong penciptaan iklim usaha yang kondusif, penyediaan sarana dan prasarana, serta pemberdayaan ekonomi rakyat. Sedangkan investasi swasta/masyarakat baik yang berupa penanaman modal asing maupun penanaman modal dalan negeri, dilaksanakan terutama untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal menjadi kekuatan ekonomi riil yang mampu menopang pertumbuhan ekonomi, membuka kesempatan kerja, serta menunjang pendapatan daerah.
Di Indonesia, pada periode 1980-an hingga pertengahan 1990-an menunjukkan bukti bahwa investasi, khususnya PMA menjadi faktor pendorong yang sangat krusial bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Terutama jika melihat kenyataan bahwa sumber perkembangan teknologi, perubahan struktural, diversifikasi produk, dan pertumbuhan ekspor di Indonesia selama periode tersebut, sebagian besar karena kehadiran PMA di Indonesia. Namun, perkembangan investasi di Indonesia sejak terjadinya currency attact pada pertengahan tahun 1997 sampai dengan 2006 dapat dikatakan mengalami penurunan. 
Banyak sekali faktor-faktor yang sebagian besar saling terkait satu sama lainnya dengan pola yang sangat kompleks yang menyebabkan lambatnya pemulihan investasi di Indonesia hingga saat ini. Faktor-faktor tersebut mulai dari yang sering disebut di media masa yakni masalah keamanan, tidak adanya kepastian hukum, dan kondisi infrastruktur yang buruk, hingga kondisi perburuhan yang semakin buruk. 
Jadi dari uraian di atas, pokok permasalahan yang menjadi pembahasan utama dari tulisan ini adalah iklim investasi yang sangat kompleks, yang implikasinya adalah bahwa kebijakan investasi tidak bisa berdiri sendiri. Dalam kata lain, bagaimanapun bagusnya suatu kebijakan investasi, efektivitas dari kebijakan tersebut akan tergantung pada banyak faktor lain di luar wilayah kebijakan investasi, karena faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan investasi atau membukan usaha baru di Indonesia. Lebih spesifik, tulisan ini akan membahas masalah, tantangan dan potensi investasi di Indonesia.
Dalam penulisan ini didukung oleh penggunaan data yang diperoleh dari berbagai penerbitan yang dibuat oleh BKPM, BPS, dan BI. Penggunaan data sekunder ini diharapkan dapat mendukung analisa tentang investasi di Indonesia dan faktor- faktor yang mempengaruhinya. 

Investasi di Indonesia dan Permasalahannya.
Gambar  menunjukkan bahwa setelah krisis 1998 jumlah proyek baru PMA, paling tidak berdasarkan data persetujuan dari BKPM, sempat mengalami peningkatan. Namun setelah tahun 2000, jumlahnya menurun dan cenderung akan berkurang terus. Satu hal yang menarik dari data BKPM tersebut adalah bahwa sejak krisis, jumlah proyek baru PMA rata-rata per tahunnya lebih besar daripada jumlah proyek baru PMDN (penanaman modal dalam negeri). Ini menandakan bahwa bagi perkembangan investasi langsung/jangka panjang di dalam negeri, khususnya dalam periode pasca krisis, peran PMA jauh lebih penting daripada PMDN. Namun demikian, dilihat dari nilai nettonya (arus investasi masuk – arus keluar), gambarannya setelah krisis lebih memprihatinkan; walaupun pada tahun 2002 dan 2004 sempat kembali positif (Tabel ). 
Lebih banyaknya arus PMA keluar daripada masuk mencerminkan buruknya iklim investasi di Indonesia. Terutama perusahaan-perusahaan asing di industri-industri yang sifat produksinya footloose seperti elektronik, tekstil dan pakaian jadi, sepatu, dan lainnya, yakni yang tidak terlalu tergantung pada sumber daya alam atau bahan baku lokal di Indonesia akan dengan mudahnya pindah ke negara-negara tetangga jika melakukan produksi di dalam negeri sudah tidak lagi menguntungkan.

Resiko Investasi di Indonesia
KORUPSI
Indonesia belum pernah mengesankan di Indeks Persepsi Korupsi Tahunan (diterbitkan oleh Transparency International). Indeks ini menunjukkan tingkat korupsi di negara-negara dunia. Saat ini posisi Indonesia berada di nomor 88 (dari jumlah total 175 negara) tetapi kinerjanya menunjukkan peningkatan yang stabil sejak awal pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004. Bagian ini memberikan ikhtisar terperinci korupsi di Indonesia.
INFRASTRUKTUR
Kurangnya kualitas dan kuantitas prasarana di Indonesia sempat menghalangi perkembangan ekonomi dan sosial untuk mencapai potensi penuh. Pertumbuhan ekonomi makro Indonesia telah menjadi beban untuk infrastruktur negara karena perlu menyerap kegiatan ekonomi yang meningkat secara signifikan. Pemerintah menyadari keperluan akan investasi besar di bidang ini, tapi sampai sekarang cenderung hanya perencanaan daripada tindakan. Namun kami melihat perkembangan yang menjanjikan sejak Joko Widodo menjadi presiden Republik Indonesia.
PEMERINTAHAN
Terlepas dari isu korupsi politik, ada faktor lain yang secara negatif mempengaruhi efektivitas dan kinerja pemerintahan yang amanah di Indonesia. Bisa dibayangkan bahwa pemerintahan kepulauan yang begitu luas yang berisi hampir 255 juta orang dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda hal yang sangat susah dan pasti akan ada konflik. Bagian ini memberi beberapa contoh tata kelola pemerintahan yang melemahkan perekonomian Indonesia dan mengganggu iklim investasi.
BENCANA ALAM
Gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan banjir adalah fenomena yang kadang-kadang menjadi berita utama di media massa Indonesia dan memakan korban jiwa serta merusak infrastrukturnya. Indonesia terletaknya di Pacific Ring of Fire dan sebagian besar ruang geografisnya terdiri dari air laut. Kedua faktor ini membuat Indonesia rentan terhadap bencana alam. Sebuah kondisi yang diperburuk oleh keadaan infrastruktur yang lemah.
KEKERASAN ETNIS DAN AGAMA
Indonesia telah menyaksikan kekerasan yang berkelanjutan maupun struktural sepanjang sejarahnya, tetapi boleh dikatakan bahwa runtuhnya pemerintahan Orde Baru pada akhir tahun 1990-an memungkinkan kekerasan etnis dan agama memanas di beberapa daerah karena berkurangnya peran tentara di dalam masyarakat Indonesia. Bagian ini membahas konflik kekerasan yang terjadi belakangan ini dan menganalisis sebabnya.
ISLAM RADIKAL
Walaupun bagian terbesar kelompok Muslim di Indonesia dapat dianggap sebagai pendukung pluralisme, moderat, toleran dan setuju dengan nilai-nilai demokrasi dan negara sekuler, ada juga radikalisasi di pinggiran spektrum Islam. Orang-orang radikal ini menuntut peran yang lebih besar untuk Islam di dalam tatanan masyarakat Indonesia, terutama di ranah politik. Sesekali kehadiran mereka terasa karena aksi kekerasan seperti serangan bom dan ancaman lain.
KEADAAN EKONOMI MAKRO
Ada berbagai guncangan atau perkembangan ekonomi makro yang dapat membahayakan stabilitas ekonomi di Indonesia dan karena itu mengancam dan merusak investasi atau bisnis Anda di negara ini. Misalnya, inflasi yang tinggi, nilai tukar rupiah yang depresiasi berat, naiknya tingkat kemiskinan, perlambatan pertumbuhan PDB, meningkatnya pengangguran, atau ketidakstabilan fiskal karena pelebaran defisit transaksi berjalan atau penerimaan pajak yang lemah. Oleh karena itu, Anda harus mempelajari indikator-indikator makroekonomi Indonesia.

Baru Empat Perusahaan AS Berivestasi di Sumut
Rabu, 5 Juli 2017 - 04:18 WIB
hingga saat ini dari 20 perusahaan asing yang berinvestasi di Sumatera Utara (Sumut) hanya empat perusahaan yang berasal dari AS. Foto/Ilustrasi/Istimewa
MEDAN - Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Tengku Erry Nuradi mengajak investor dari negara Amerika Serikat (AS) untuk berinvestasi di daerah ini. Sebab, hingga saat ini dari 20 perusahaan asing yang berinvestasi di Sumut hanya empat  perusahaan yang berasal dari AS.

                Hal tersebut diungkapkan Erry saat menerima kedatangan Duta Besar Amerika Serikat di Indonesia, Joseph R Donovan Jr beserta Kosul Jenderal AS di Medan, Juha P Salin di kantor Gubsu, kemarin.

"Saya berharap perusahaan di AS bisa lebih banyak berinvestasi ke Sumut, sebab dari 20 perusahaan asing yang ada di Sumut hanya empat perusahaan yang berasal dari Amerika," ujar Erry.

                Keempat perusahaan AS yang berinvestasi di Sumut ini bergerak di bidang furniture, minyak atsiri, perdagangan ekspor kopi juga hotel di Nias. "Ini perlu kita tingkatkan lagi, apalagi ada penurunan angka impor dari AS sebesar 28%, sementara ekspor kita signifikan naik," katanya.

                Dalam kesempatan tersebut, dia menyambut baik kehadiran Dubes AS di Indonesia ke Sumut. Padahal banyak daerah lain yang menanti kehadiran Dubes AS. "Jadi ini pertama sekali kunjungan Pak Dubes ke sini, ini menjadi satu kehormatan bagi kita bertepatan dengan hari Kemerdekaan AS ke-241. Apalagi dia juga baru bertugas di Indonesia," terangnya.

                Menurutnya, potensi bidang-bidang yang dapat dikerjasamakan antara Sumut dengan pemerintah AS terutama dalam hal investasi. "Ada beberapa rencana investasi yagn kita tawarkan seperti listrik, pariwisata, air bersih hingga lingkungan hidup. Selain itu kita juga menawarkan investasi jalan tol dan investasi jalur kereta api, perdagangan dan pariwisata," tuturnya.

                Apalagi saat ini Sumut memiliki destinasi wisata nasional yakni Danau Toba dan Geopark Kaldera Toba juga sedang diusulkan untuk mendapatkan rekomendasi dari Unesco. Diharapkan dengan keberadaan Danau Toba yang sangat strategis maka investor dari AS dapat menanamkan investasinya di bidang pariwisata dengan membangun hotel dan lainnya.

"Kita berharap ada investasi seperti pembangunan hotel Hilton di Sumut, tadi diungkapkan juga kalau ada 300 perusahaan AS yang bisa berinvestasi di Sumut yang disesuaikan dengan kebutuhan di sini," terang Erry.

                Duta Besar Amerika Serikat di Indonesia, Joseph R Donovan Jr mengaku baru pertama sekali melakukan kunjungan resmi ke provinsi Sumut. "Saya hadir ke sini untuk merayakan hari Kemerdekaan AS dan saya gunakan juga untuk bertemu dengan Bapak Gubsu untuk membahas kerja sama dengan AS. Salah satu bentuk kerja sama yang sudah terjalin selama ini adalah kerja sama USAID dan Millenium Challenge Account," ujar Joseph.

                Pihaknya menawarkan berbagai program yang dapat membantu Sumut untuk mencapai tujuannya seperti air bersih, lingkungan hingga perlindungan ekosistem di Sumut. Dia juga berdiskusi dengan Erry tentang cara agar perusahaan AS bisa berinvestasi di Sumut, seperti perusahaan pembangkit listrik, pengelolaan sampah.

"Hingga tadi Bapak Gubsu juga menyarankan saya untuk mengunjungi beberapa tempat yang indah di Sumut seperti Taman Resort Simalem dan Danau Toba. Nanti kalau saya berkunjung kembali ke sini saya akan mengunjungi tempat-tempat yang indah itu," papar Joseph. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.